EKSEKUTIF.COM, JAKARTA – Dalam sebuah komunikasi, aspek terpenting yang perlu diperhatikan adalah etika. Bukan berarti mengesampingkan aspek lainnya seperti teknis. Tapi etika bisa berdampak terhadap kepentingan manusia secara keseluruhan.
Etika merupakan norma atau kaidah, tata cara yang biasa digunakan sebagai pedoman atau asas individu dalam melakukan perbuatan dan tingkah laku yang muncul sekarang.
Menurut Aristoteles, etika sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari problema tingkah laku dan perbuatan individu manusia.
Itu merupakan pengkajian etika yang berkaitan dengan tata cara yang ada serta berkaitan dengan perbuatan baik, perbuatan buruk tingkah laku atau perilaku individu lainnya.
Akademisi Junaidi Basri yang juga Komisioner KPU Garut mengatakan, banyaknya perbedaan di Indonesia, suku, agama juga budaya.
Jika dalam pendekatan etika masing-masing daerah sangat sedikit sekali misalnya etika berkaitan dengan mutlak atau absolut berlaku.
Apakah etika itu bisa masuk dalam seluruh jiwa dan perbuatan serta nilai yang ada dalam masing-masing individu atau tidak itu memang tergantung individu masing-masing.
Pada dasarnya, manusia itu memiliki perbuatan baik atau etika baik yang ada di dalam dirinya. Jadi tidak mesti harus ada transfer nilai atau etika yang lain lagi, yang diperlukan itu adalah bagaimana cara menumbuhkannnya.
Sesungguhnya etika perbuatan, sudah ada di dalam jiwa masing-masing manusia tinggal ditumbuhkan, tinggal dikembangkan,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (01/12/2021) pagi.
Etika itu berdasarkan jenisnya bisa normatif bisa deskriptif berdasarkan cakupannya yakni umum dan khusus. Jika berdasarkan lingkungannya, berlaku hanya untuk kepentingan individu juga untuk kepentingan.
Kini permasalahannya, masyarakat hidup di dua dunia, duniya nyata dan maya. Jenis-jenis etika itu, apapun jenisnya harus selalu dilakukan di kedua dunia itu.
Saat dapat berbicara santun dengan orang yang lebih tua, saat di ruang digital pun demikian. Kita dapat melihat akun media sosial orang yang sedang kita ajak berkomunikasi.
Sekalipun mereka berbuat salah, kita dapat menyebutkan dengan cara santun. Melalui jaringan pribadi bukan secara terbuka.
Ini sebenarnya berlaku terhadap semua orang yang ingin kita tegur jika ada kesalahpahaman. Misalnya, ada seseorang yang menyebarkan hoaks, kita dapat memberitahu melalui jaringan pribadi dan berikan bukti jika informasi yang dia sampaikan itu hoaks,” jelasnya.
Memiliki etika ketika akan membuat status atau membagikan informasi apakah akan menyinggung orang lain.
Sebaiknya memang membagikan informasi yang sifatnya umum tanpa hal sensitif agar tidak memicu orang lain untuk berkomentar buruk.
Bisa juga memancing perdebatan. Sebab, kita saat di kehidupan nyata juga tidak ingin banyak konflik dengan orang lain atau mengajak berdebat orang lain, maka, begitupun saat di ruang digital.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (1/12/2021) pagi, juga menghadirkan pembicara, Lucia Palupi (Praktisi Event virtual), Bambang Iman Santoso (CEO Neuronesia Learning Center), Aries Saefullah (relawan TIK Indonesia), dan Aflahandita sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.
Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.