EKSEKUTIF.COM, JAKARTA – Budaya Indonesia perlahan mulai pudar di ruang digital. Pasalnya, globalisasi digital memudahkan sebuah budaya masuk dan keluar tanpa batas. Kita sebagai pengguna harus pandai menyeleksi budaya apa saja dari luar yang cocok untuk diterapkan di Indonesia.
Menurut Arief Lestadi, Founder NAS Consulting & Research, kita harus berpegang teguh dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai budaya bangsa.
Dengan demikian, kita bisa menghadapi era digital ini. Nilai-nilai luhur dari Pancasila tersebut ialah cinta kasih, kesetaraan, harmoni, demokratis, dan gotong royong.
Pengamalan paling mudah dari nilai luhur Pancasila ialah dengan menjaga jari-jari kita dari komentar jahat atau negatif.
“Menjadi masyarakat multikultur, keberagaman budaya kita di dunia digital bisa menjadi konten dan menghasilkan uang,” ujar Arief dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Rabu (24/11/2021).
Akan tetapi, sebelum membuat konten yang memuat budaya Indonesia kita harus menjadi warga digital yang Pancasilais.
Caranya dengan berpikir kritis, dalam hal ini memikirkan segala jenis kontennya beserta dampak dari konten tersebut.
Oleh karena itu, buatlah konten-konten yang baik dan benar serta bermanfaat bagi orang lain. Menjadi masyarakat pancasilais berarti kita juga turut mengedepankan kolaborasi sebagai penerapan nilai gotong royong pada Pancasila.
Sekarang ini, setiap orang bisa menjadi jurnalis digital. Di sana kita bisa menyebarkan budaya-budaya kita seperti mendokumentasikan upacara keagamaan atau tradisi budaya lainnya di Indonesia.
Dengan menjadi jurnalis digital, kita juga turut memproduksi konten yang berbudaya. Kemas konten dalam bentuk menarik dan berkualitas.
“Sebagai konsumen kita juga harus bijak. Saring sebelum sharing informasi dengan kritis,” tuturnya.
Apabila kita menerapkan budaya Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, kita perlu menghindari jenis informasi yang dilarang karena tidak sesuai dengan nilai budaya bangsa, seperti pornografi, penyebaran ujaran kebencian, hasutan publik, dan diskriminasi.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar wilayah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Rabu (24/11/2021) juga menghadirkan pembicara, Sandy Natalia (Co-Founder of Beauty Cabin), Nikita Dompas (Producer & Music Director), Arief Lestadi (Founder NAS Consulting & Research), Mardiana R.L (Principal in Kinderhouse Pre School), dan Inge Indriani Bakrie (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama.
Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.