EKSEKUTIF.COM – Puluhan ribu jemaah dari Nahdlatul Aulia, sebuah organisasi Islam terkemuka, memadati Stadion Madya di kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat (24/9/23).
Mereka berkumpul dalam sebuah acara istighosah yang diselenggarakan dengan khidmat, dan acara ini dipimpin oleh Kyai Haji Syeikh Hatibul Umam Wiranu, Ketua Umum Nahdtul Aulia.
Dalam suasana penuh kekhidmatan, jemaah ini berkumpul untuk berdoa bersama, menjelang Pemilu tahun 2024. Mereka memohon kepada Tuhan untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia.
Harapan mereka agar pemilu nanti dapat berjalan dengan lancar dan damai, tanpa gejolak yang merugikan persatuan.
Salah satu tujuan utama dari acara istighosah ini adalah mendoakan agar bangsa Indonesia diberikan kebijaksanaan dalam memilih pemimpin yang bijak.
Mereka juga berdoa untuk menjaga keamanan negara serta memberikan kontribusi positif sebagai warga negara yang bertanggung jawab.
Profesor Doktor KH. Said Aqil Siraj, yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum PBNU periode 2010-2021 dan turut hadir dalam acara istighosah ini, menjelaskan bahwa istighosah adalah salah satu cara yang sangat penting dalam mempersatukan bangsa Indonesia.
Dalam pidatonya, dia menegaskan pentingnya persatuan dalam menghadapi dinamika politik, yang jika tidak dijaga, dapat memecah belah masyarakat.
Tidak hanya di Jakarta, doa bersama atau istighosah juga diadakan di Kabupaten Pidi, Aceh. Majelis Taklim Sirul Muftadin Aceh mengadakan acara dzikir dan doa, yang dihadiri oleh jamaah, terutama kaum ibu, dari berbagai daerah di Aceh.
Mereka berdoa agar Pemilu 2024 dapat berlangsung dengan damai, lancar, dan penuh sikap sportif tanpa saling fitnah atau mencaci.
Para ulama ternama seperti Tengku Nuru Zhri Yahya dan Malik Mahmud al-Haihaittar turut berdoa bersama jemaah dan pejabat Aceh dalam acara istighosah.
Semua pihak berharap semoga doa ini menjadi berkah bagi bangsa Indonesia dalam menjalani proses pemilihan pemimpin dan membangun persatuan di tengah perbedaan.
Acara istighosah ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Duta Besar Negara Sahabat, Mursyid Thoriqoh, Direktur Radikalisasi Brigjen Polisi Ahmad Nur Wahid, Abidin Fikri, Tuan Guru Haji Ahmad Ganto Alhakiim, Anwar Sadar, La Odewaluddin Muri, dan Ketua Umum PROPAMI yang juga mantan sekjend dan pendiri Nahdlatul Aulia.
Turut hadir juga Hendi dari Kementerian Agama Republik Indonesia, serta segenap jajaran pengurus Jamaah Thoriqoh Qodriyah Wa Naqsabandiyah yang bernaung di bawah Nahdlatul Aulia, serta para Kyai, Ibunyai Habaib, dan undangan lainnya.
Acara dimulai dengan pembacaan Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Farhan Muhammadi, diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Nahdhotul Aulia.
Selanjutnya, Ketua Panitia, Syeikh Muhammad Husein Yusuf, memberikan sambutan dan laporan mengenai acara ini.
Dalam pidato selanjutnya, Ketua Umum Nahdtul Aulia, Kyai Haji Syeikh Hatibul Umam Wiranu, menjelaskan sejarah dan makna dari Nahdhotul Aulia sebagai organisasi yang bertujuan untuk membangkitkan jiwa-jiwa wali di seluruh umat, tanpa memandang agama.
Beliau menekankan pentingnya memiliki hati yang khusyuk dan menjalankan kebaikan, serta menghindari tindakan yang membawa kejelekan.
Kemudian, Profesor Doktor KH. Said Aqil Siraj membahas tentang pentingnya menjaga kejujuran, moral, dan integritas dalam hidup, serta bagaimana hati menjadi hakim internal bagi tindakan yang dilakukan.
Beliau mendorong para hadirin untuk selalu berbuat baik dengan tulus dan ikhlas.
Acara ini diisi juga dengan doa bersama, sholawat Jibril, dan bacaan Manakab Syeikh Abdul Qodir Zellani.
Di akhir acara, para hadirin diingatkan untuk selalu mempertahankan hati yang baik dan memperjuangkan kebenaran dalam hidup mereka.
Dengan penuh harapan, mereka melanjutkan perjuangan untuk mewujudkan pemilu yang damai dan bangsa yang bersatu.