Eksekutif.com — Seorang pakar sumber daya manusia, bapak Gunawan sempat bercerita. Bahwa di era saat ini, di mana perubahan merupakan hukum kehidupan, pada kenyataannya banyak orang yang tidak (pernah) mau berubah.
Mengapa demikian?
Mereka (mungkin) merasa takut dengan apa yang akan terjadi jika mereka mengambil keputusan untuk mengadakan dan melakukan perubahan.
Mereka menganggap dengan adanya perubahan itu, mereka akan kehilangan sesuatu yang telah mereka punyai selama ini.
Terkadang, mereka tidak mau menerima perubahan karena masa perubahan merupakan masa terjadinya ketidakpastian, kegelisahan, ketakutan, dan adanya ketidakjelasan mandat/wewenang pekerjaan.
Dengan kata lain, masa perubahan bisa dikatakan “masa gelap” karena pada masa itu suatu perusahaan tidak bisa melihat dengan pasti dan jelas tentang arah masa depannya.
Berbicara perubahan, berarti kita berbicara mengenai upaya merintis jalan, menggali, dan memberdayakan SDM, membangun fondasi, dan yang terpenting: membuat landasan bagi proses perubahan itu sendiri.
Sebab, suatu perubahan itu sifatnya tidak statis, tetapi merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan menuju kepada perbaikan serta kebaikan.
Salah satu kendala yang (mungkin) dimiliki oleh banyak orang yang tidak mau berubah adalah ketidakpercayaan terhadap seseorang yang memiliki potensi untuk membantu kita berubah.
Dalam hal ini berkaitan dengan model kepemimpinan yang dianut oleh pemimpin suatu perusahaan.
Pemimpin perusahaan yang memiliki tipe kepemimpinan otoriter tidak akan pernah mau mendengarkan masukan dari para karyawannya dan tidak memercayai kemampuan mereka.
Tipe pemimpin seperti ini memiliki kecenderungan yang sangat besar untuk tidak mau berubah.
Oleh karena itu, pihak eksekutif/para pelaksana operasional yang cenderung memiliki karakteristik kepemimpinan otoriter seperti ini dan menginginkan suatu perubahan.
Catatannya adalah, tidak ada salahnya mulai melakukan perubahan dalam dirinya sendiri (meskipun hal itu sangat sulit dilakukan) kemudian barulah memulai menciptakan iklim (saling) percaya di perusahaan (a climate of trust in the company).
Pertanyaannya, apa yang seharusnya kita lakukan ketika berada di dalam perubahan?
William N. Yeomans, pakar manajemen modern, mengatakan, cara paling jitu dan yang terbaik untuk menghadapi perubahan adalah menerima perubahan itu apa adanya (welcoming to the change).
Dengan demikian, tip kami yang harus Anda dan kita semua lakukan adalah:
1. Mengantisipasi perubahan.
Membayangkan perubahan macam apa yang akan terjadi serta memberi pengaruh yang luar biasa kepada perusahaan dan Anda secara pribadi, pada bulan depan, pada tahun depan, dan puluhan tahun ke depan?
Anda memang bukan peramal, tetapi mempersiapkan perubahan sebenarnya dapat diperkirakan dan diperhitungkan baik-buruknya maupun untung-ruginya.
2. Mempersiapkan diri kepada perubahan.
Anda perlu mengetahui satu perubahan (sekecil apa pun) akan atau yang sedang terjadi di perusahaan Anda, dan bersiaplah untuk hal itu!
3. Mengambil keuntungan dari perubahan
Berusahalah agar segala perubahan yang terjadi memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi Anda dan perusahaan.
Untuk hal tersebut, Anda hendaknya memiliki kepribadian dan gaya kepemimpinan yang fleksibel serta dinamis.
Memiliki wawasan yang luas, berpandangan, berpikir yang jauh ke depan dengan selalu berpijak kepada pengalaman dan data masa lalu serta hari ini.
Akhirnya, apa yang harus dilakukan agar perubahan dapat terjadi dengan alami dan memberikan “kondisi menang-menang”, baik kepada manajemen maupun para karyawannya?
Pertama, kepada perasaan dan kecemasan yang melanda diri para karyawan, karena mereka belum atau tidak tahu akan ke mana perubahan tersebut, serta dampak yang akan terjadi kepada diri mereka.
Kedua, pihak manajemen hendaknya merangkul para karyawannya untuk mulai membangun “sebuah dunia yang baru” dan yang lebih baik, yaitu visi-misi perusahaan yang lebih jelas, terarah, dan yang mampu memberikan inspirasi.
Termasuk memberikan semangat baru, mimpi, tekad, dedikasi, serta sikap mental positif yang bulat dan utuh untuk bersama-sama berpartisipasi secara aktif-proaktif untuk mengusahakan serta menjadikan perubahan yang hakiki serta membumi tersebut terjadi.
Tidak mudah memang! Tetapi, mengapa tidak dicoba!