EKSEKUTIF.com — THE TOTAL PACKAGE, Perupa Bernama APIN
Akhir Mei 2023 lalu hotel ARTOTEL Thamrin Jakarta menggelar pameran seni lukis tunggal bertajuk “Come Into My World.”
Bintang solo pameran ini seniman muda dari Yogya bernama Apin.
Pemuda yang terkesan agak pemalu ini mengaku punya nama Firdaus dan sejatinya berasal dari Bukittinggi, Sumatra Barat.
Baru setamat SMA ia pindah ke Yogya untuk melanjutkan pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Tergabung dalam Kiniko Art Management sejak sekian tahun silam Apin sempat beberapa kali ikut pameran. Kebanyakan di Yogya.
Baru kali ini ia pameran tunggal. Di Jakarta pula; di suatu hotel butik berbintang di pusat Ibukota.
Tak banyak seniman yang bisa mendapatkan pengalaman serupa. Sungguh suatu terobosan bagi perupa muda yang sebenarnya baru lulus kuliah setahun yang lalu.
Apa rahasianya?
Sebagian jawabannya terbersit saat Windi Salomo, Art Director ARTOTEL Group, bercerita soal perkenalan dan interaksinya dengan Apin.
“Kami bangga bisa kolaborasi dengan seniman muda berbakat seperti Apin sehingga dapat menampilkan karya seni spektakulernya di venue ARTSPACE ARTOTEL Thamrin untuk bisa dinikmati para tamu hotel,” urai Windi.
“Terus terang pameran ini adalah the best exhibition yang pernah kami selenggarakan di ARTOTEL sejauh ini,” lanjut Windi tegas.
Decak kagum kontan terdengar dari para jurnalis acara jumpa pers yang digelar jelang pembukaan pameran itu.
Ditanya bagaimana bisa sampai pada kesimpulan “the best” itu Windi menjawab, “Kami melihat banyak aspek: persiapannya, kesiapan seniman, subyeknya, tema dan pilihan warna, talenta dan tekniknya.”
“Karya-karya di sini sepertinya sangat mewakili siapa kami dan yang hendak kami capai lewat ARTSPACE.”
Rangkaian alasan itu, aku Windi, yang menyebabkan pameran tunggal Apin mendapat julukan “the best.”
Ia juga melihat pada diri Apin ada berbagai kelebihan lain sehingga berpotensi untuk berkiprah di mancanegara.
“Pokoknya Apin itu the total package deh di mata saya,” tegas Windi yang segera dijawab anggukan oleh Apin. Rupanya prediksi mancanegara Windi mengena karena Apin memang akan pameran di Singapura Juli mendatang.
Sang Bunglon
Seluruh karya Apin di pameran ini (15) berkisar tentang sosok reptilia bertubuh bulat seperti donat dengan sisik warna-warni yang adaptif terhadap lingkungan.
Sebutan “chameleon” Apin berikan pada mahluk yang ciri-cirinya seperti bunglon itu. Adapan sang bunglon ini, sendirian atau berpasangan, selalu ada dalam setting gembira seperti bermain, berolahraga, piknik, menikmati permen lolipop atau minuman boba.
Tak lupa sosok karikaturis ini selalu berjaket tebal dan bersepatu olahraga bermerk.
Apin mengakui semua karyanya merefleksikan aspirasi dan pengalamannya sewaktu masa kanak-kanak.
“Bila ada detail visual yang dianggap ‘jauh’ dari realitas saat di Bukittinggi maka itu termasuk bagian yang saya maui atau angankan ke depan,” cerita Apin.
Di sini masuk ciri adaptif dari si bunglon, yang mampu menyesuaikan diri di tempat baru guna meraih cita-cita. Ini sesuai pepatah Minang yang diyakini Apin: di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.
Hal ini tercermin, misalnya, pada hadirnya motif batik (parang, kawung, mega mendung) dalam karya-karya Apin. Motif-motif yang diangkat Apin memang tipe yang paling banyak ditemukan di Yogya.
Penggunaan akrilik sebagai media membuat detail itu kian kentara; terlebih pilihan warnanya selalu yang cerah-cerah. “Sifat-sifat ini: dinamis, optimis, dan penuh keceriaan; itulah semangat ARTOTEL Group juga,” menurut Windi Salomo.
- BACA JUGA: majalah MATRA edisi mei 2023, klik ini