Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada faktor kesehatan dan sendi-sendi kehidupan manusia saja , namum juga berdampak pada sektor ekonomi. Data menunjukan bahwa dua dari tiga perusahaan yang disurvei di Indonesia telah berhenti beroperasi secara temporer atau permanen sebagai dampak dari covid-19.
Perekonomian global diperkirakan akan mengalami resesi terburuk sejak Great Depression. Secara pararel, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan anjlok ke angka 0,5 persen tahun ini. Menurut perkiraan IMF, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan turun ke angka 0,5% tahun ini.
Oleh karena itulah menurut Fetra Syahbana Country Manager, Nutanix Indonesia , untuk menjaga kesinambungan bisnis diperlukan upaya bagi perusahaan dengan meningkatkan digitalisasi. Proses digitalisasi sendiri tentu tidak akan lepas dari pemanffaatan paltform cloud untuk mendukung penggunaan software, aplikasi , layanan atau solusi lainnya.
Menurut Fetra yang baru saja diangkat di tengah pandemi global Maret lalu, NUTANIX mempunyai misi untuk membuat infrastruktur datacenter dan cloud menjadi tak terlihat (invisible), mengangkat TI semakin fokus pada aplikasi dan layanan (services).
“Kami membantu customer memodernisasi datacenter mereka dan menjalankan aplikasi pada skala apapun, baik on-prem maupun di cloud,” papar Fetra saat acara Nutanix Media Briefing yang dilaksanakan secara virtual melalui Zoom, Jumat ( 26 /06 2020 ).
“Software Nutanix menyatukan private cloud, public cloud, dan cloud yang terdistribusi, serta memberdayakan TI untuk menjalankan aplikasi dan data yang menggerakan bisnis mereka,” jelas Fetra menambahkan.
Lebih jauh Fetra menegaskan bahwa pada saat pandemi seperti ini proses digitalisasi perlu ditingkatkan untuk mendorong kesinambungan bisnisnya. Fetra juga menjelaskan bahwa mengacu data Deloitte yang menyebutkan sebanyak 21,2 juta penduduk Indonesia akan bekerja secara remote selama lebih dari setahun (multiyears) pascapandemi covid-19.
Oleh karena itulah menurutnya, trend bekerja dari mana saja akan menjadi kenormalan baru (new normal). “Nutanix mendukung perusahaan yang menjalankan ‘Bekerja dari Mana Saja’,” tegas Fetra dalam paparannya.
“Nutanix punya pendekatan yang inovatif terhadap perjalanan transformasi digital – dengan melakukan penyederhanaan TI, membuat cloud dan/atau infrastruktur TI menjadi begitu pintar, dapat diandalkan, dan begitu sempurna sehingga seakan-akan tidak kelihatan (invisible),” ujar mantan Country Manager F5 Networks untuk Indonesia, sebelum bergabung dengan Nutanix.
Pada masa pandemi dan new normal seperti ini ia meyakini akan terbit realitas bisnis yang baru. “Saat kita bangkit dari turbulensi, bisnis akan menjadi lebih ramping, lebih ringan, lebih ‘lapar’, lebih gesit dan jauh lebih mudah beradaptasi,” tuturnya.
Secara alami, akan tercipta model bisnis baru yang mengandalkan software dan cloud yang mampu menawarkan kesederhanaan, fleksibilitas dan skalabilitas, dan kelangsungan hidup mereka akan tergantung pada itu.
Kedepan menurut praktisi IT yang telah berpengalaman selama 25 tahun ini meyakini bahwa akan ada realitas bisnis baru ketika infrastruktur yang software-defined diadopsi secara cepat dan memimpin fase digitalisasi berikutnya serta membangkitkan daya survival bisnis.
Pada kesempatan yang sama, Fetra juga menjelaskan bahwa Nutanix telah memperkenalkan Nutanix Xi Frame, sebuah solusi berbasis cloud yang menyediakan virtual desktop.
Produk tersebut menurut Fetra didesain untuk mengurangi dampak karyawan yang tak bisa ke kantor atau mengakses kantor, melalui program free access dan unlimited user