EKSEKUTIF.com — Masih terbaca jelas dalam memori kita ketika pertama kalinya mendengar berita telah ditemukannya coronavirus pada Desember 2019 di China.
Virus yang mudah menular ini hanya butuh tiga sampai enam bulan untuk menyebar cepat ke seluruh dunia dan menjadi wabah global yang memaksa kita masuk ke era pandemi lebih dari dua tahun berjalan.
Bagai terkena gegar budaya, pola hidup kita mendadak jungkir balik, ribuan orang mendadak kehilangan anggota keluarga, serta banyak yang mengalami isolasi dan karantina.
Di antara kita ada yang terkena PHK, lockdown, work from home, sekolah online, meeting zoom berkepanjangan, kopi dolgona, dan perang melawan hoax.
Kita kemana-mana memakai masker dan membawa handsanitizer, hingga social distancing.
Pandemi telah mengubah kehidupan kita.
Memaksa kehidupan kota yang sibuk untuk berhenti sejenak. Memberikan kesempatan bagi kita beradaptasi yang tanpa kita sadari justru ke arah yang lebih baik, secara pasif maupun aktif.
Setelah meredanya penyebaran covid-19, dunia diperkirakan tidak akan kembali ke kondisi normal sepenuhnya.
Dalam studi bencana sosial, bencana, dalam hal ini pandemi covid adalah peristiwa yang tidak hanya memiliki konsekuensi negatif. Tapi, juga pengalaman positif dan utopis bisa muncul setelah bencana.
Ide-ide utopis seperti, kota-kota setelah pandemi ke depannya akan lebih memperhatikan kesehatan warganya dengan meningkatkan kemudahan akses pejalan kaki dan jalur sepeda.
Mengkonversi jalan kendaraan menjadi jalur pejalan kaki. Mulai fokus dengan program pemilahan sampah khususnya limbah pandemi sebelum ke TPA dan sungai akan dikembalikan fungsinya seperti semula.
Kota akan Menyusun ulang rencana mitigasi bencana dengan melibatkan peran serta masyarakat secara komprehensif dimana mencakup aspek kesehatan, adaptasi sosial dan pemulihan eonomi.
Penggunaan teknologi Internet of Things (IoT) meningkat sangat cepat dalam pelayanan publik, pendidikan, ekonomi dan kesehatan.
Pemerintah kota dapat memberikan informasi yang aktual dan kredibel kepada warganya sehingga tingkat kepercayaan warga meningkat.
Penataan penggunaan ruang publik akan meningkat dengan penambahan taman kota dan ruang hijau.
Gedung-gedung kantor lebih menekankan kesehatan penghuni dengan menerapkan konsep bangunan sehat dengan sirkulasi udara dan cahaya yang baik.
Pemikiran yang dulunya terdengar seperti utopia, bergeser menjadi kelaziman. Yang sekarang terjadi, karena adanya pandemi.
Apakah hal seperti itu yang terjadi?