EKSEKUTIF.com — Nyelong Inga Simon Ketua Umum Lembaga Perempuan Dayak Nasional (LPDN) Hadiri Ritual Tiwah Masal 38 Keluarga
Pada sabtu 14 Oktober 2023, Ketua Umum Lembaga Perempuan Dayak Nasional (LPDN) Ir. Nyelong Inga Simon menghadiri ritual Tiwah Masal di Desa Jangkan, Kecamatan Pasak Talawang, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.
Ritual Tiwah merupakan salah satu ritual adat yang ada di Kalimantan yang masih diselenggarakan hingga saat ini.
Ritual Tiwah berasal dari masyarakat Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Ritual ini merupakan upacara kematian adat sekaligus ritual sakral terbesar di Suku Dayak Ngaju.
Dikatakan sebagai ritual terbesar karena Ritual Tiwah melibatkan sumber daya yang besar dan waktu penyelenggaraan yang lama.
Ritual Tiwah merupakan upacara kematian yang digelar untuk seseorang yang sudah meninggal dan dimasukkan dalam Runi atau peti mati.
Tujuan ritual ini adalah untuk meluruskan perjalanan salumpuk liau menuju lewu tatau dalam konsep kematian Dayak Ngaju.
Selain itu, Ritual Tiwah juga diselenggarakan sebagai prosesi buang sial bagi keluarga yang ditinggalkan.
Masyarakat Dayak Ngaju umumnya menganut kepercayaan lokal yaitu Kaharingan.
Bagi mereka, kematian merupakan tahap awal manusia mencapai dunia kekal abadi yaitu dunia roh.
Manusia yang sudah meninggal akan berganti wujud menjadi arwah yang mereka sebut dengan nama Liau atau Liaw.
Liaw ini wajib diantarkan ke Lewu Liaw atau atau Lewu Tatau atau dunia arwah dalam proses yang disebut Tiwah.
Dengan demikian, Ritual Tiwah merupakan suatu kewajiban bagi masyarakat Dayak Ngaju baik secara moral maupun sosial.
Masyarakat percaya, liaw yang belum diantarkan melalui Tiwah maka akan tetap di dunia dan tidak bisa ke surga.
Ritual Tiwah yang dilaksanakan di Desa Jangkan, Kecamatan Pasak Talawang, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah pada 14 Oktober 2023 merupakan Ritual Tiwah Masal.
Pasalnya ada 38 Keluarga yang melaksanakan Ritual Tiwah secara bersamaan dan akan berakhir pada 27 Oktober 2023 nanti.
Ir. Nyelong Inga Simon Ketua Umum LPDN yang juga Calon Legislatif DPRD Provinsi Kalimantan Tengah dari PDIP dengan Nomor urut 2 di mana daerah pemilihannya (Dapil) adalah Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau mendapatkan kehormatan untuk melakukan penyematan uang baru Rp 75.000 sebanyak 3 lembar sebagai doa kepada 38 Keluarga yang di Tiwah. Dan dalam perjalanannya diharapkan mendapatkan restu alam semesta hingga langit ke-3 alam baka.
Simbol-simbol doa dirangkai dalam bahasa Sangiang dan dilaksanakan selama 75 hari dipimpin oleh “Basir” petugas ritual yang berjumlah 7 orang.
Doa ini dipanjatkan siang malam dan akan berakhir pada tanggal 27 Okt 2023.
“Puji Tuhan saya mendapatkan tempat kehormatan dari 38 keluarga utama yang menyelenggarakan Ritual Tiwah pada malam puncak doa dan puncak acara penumbukan kerbau yang melambangkan kehormatan keluarga pada tulang belulang yang di Tiwah atau dihantarkan kesurga.” Jelasnya
Ritual Tiwah memiliki makna mendalam bagi masyarakat Suku Dayak Ngaju. Mereka akan mempersiapkan Tiwah selama berbulan-bulan sebelum pelaksanaan.
Pelaksanaannya pun memerlukan waktu lama, mulai dari tiga hari, tujuh hari, bahkan hingga satu bulan. Adapun makna dari ritual yang besar ini adalah agar keluarga yang ditinggalkan dapat tenang.
Ketenangan itu muncul karena keyakinan keluarga mereka yang telah meninggal sudah diantarkan ke alam arwah melalui Tiwah.
Selain itu, prosesi ini juga diharapkan menghindarkan keluarga dari penyakit dan kesialan. Sedangkan bagi arwah, Tiwah ini menjadi sarana mereka untuk berangkat ke Lewu Liau, tempat mereka seharusnya.
Ritual Tiwah diselenggarakan ketika seorang Dayak Ngaju yang masih beragama Kaharingan. Upacara yang diselenggarakan dilakukan dalam beberapa tahap.
Tahap pertama dilakukan sebelum upacara inti Tiwah diselenggarakan. Tahap pra upacara Tiwah ini dilakukan dengan mengumpulkan tulang belulang orang yang akan ditiwahkan.
Jenazah yang masih utuh akan dipisahkan daging dengan tulangnya. Setelah itu upacara puncak Ritual Tiwah diselenggarakan.
Upacara puncak ini yang diadakan 3 hari hingga satu bulan. Upacara puncak diawali dengan pembuatan Balai Pangun Jandau dan sangkaraya sandung rahung. Kemudian hewan kerbau diikat di sangkaraya lalu dilakukan mangajan atau tarian sakral.
Berikutnya akan didirikan Tihang Mandera di dekat Sangkaraya. Tiang ini menjadi tanda kampung ditutup karena ada ritual ini. Selanjutnya, hewan kurban akan diikat di sapundu dan dikelilingi oleh tamu yang hadir.
Acara kemudian dilanjutkan dengan puncak upacara Tiwah, dimana para tamu menaiki rakit berisi sesaji.
Di hari terakhir, arwah yang ditiwahkan akan melakukan perjalanan menuju Lewu Liaw. Perjalanan mereka diiringi dengan prosesi pengurbanan hewan dengan cara ditombak.
Upacara diakhiri dengan dimasukkannya tulang belulang dalam kain merah dan disimpan di sandung.
BACA JUGA: Majalah EKSEKUTIF edisi Oktober 2023, klik ini