EKSEKUTIF.com — Deklarasi Sedulur Kaesang Jokowi di Rumah Tokoh PSI Tempo Doeloe
Tepatnya di Jalan Latuharhary No.19 Menteng, Jakarta Pusat, sebuah rumah bersejarah menjadi saksi bisu dari peristiwa yang menggema.
Rumah tersebut, yang kini berfungsi sebagai Posko Sedulur Kaesang, menyimpan sejarah yang amat penting bagi bangsa Indonesia.
“Bukan kebetulan, tapi semua rencana Tuhan saja. Di lokasi ini, di jalan Latuharhary No.19 Menteng Jakarta. Rumah yang saat ini menjadi Posko Sedulur Kaesang,” ujar Khairil Hamzah, seseorang yang dengan penuh semangat menceritakan nilai historis tentang posko ini. Dan memang, rumah ini bukanlah sembarang rumah.
Rumah tersebut dahulu adalah milik Sutan Syahrir, pendiri Partai Sosialis Indonesia (PSI). Sebuah nama besar dalam sejarah politik Indonesia.
Deklarasi Sedulur Kaesang yang berlangsung di tempat ini menjadi langkah monumental, sebuah pernyataan kuat yang mencuatkan organisasi tersebut ke permukaan.
Dalam setiap dinding dan sudut rumah ini, tersemat jejak sejarah yang membawa kita kembali ke tahun 1945. Pada saat itu, rumah ini adalah rumah dinas perdana menteri pertama Indonesia, Sutan Syahrir.
“Tempat ini, merupakan tempat yang bersejarah,” ujar Pembina Sedulur Kaesang Jokowi, memberikan penegasan atas pentingnya lokasi ini sebagai basis pergerakan politik.
Sejarah mencatat. Sosok Sutan Syahrir merupakan Perdana Menteri pada usia 36 tahun.
“Yang memimpin dalam situasi yang sangat kritis setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945,” ungkap Khairil, menggali lebih dalam ke dalam narasi tentang pemuda-pemuda yang pada tanggal 20 Februari 1927 masih terikat dalam perhimpunan-perhimpunan kedaerahan.
Sutan Syahrir bukan hanya seorang pemimpin, tetapi juga merupakan salah satu penggagas pendirian himpunan pemuda nasionalis, Jong Indonesie.
Usahanya kemudian mewujud dalam kongres monumental, Kongres Pemuda Indonesia, yang mencetuskan Sumpah Pemuda pada tahun 1928 saat dia berusia 18 tahun.
Dalam kisah Khairil Hamzah tentang Sutan Syahrir, yang dijuluki sebagai “The Smiling Diplomat,” tak hanya menciptakan kisah di ranah pemuda nasionalis, tetapi juga mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI) pada tahun 1948.
Partai PSI ini menjadi tempat berkumpul bagi orangtua dari Bapak Prabowo Subiyanto, yaitu Soemitro Djoyohadikusumo. Rumah PSI Tempo Doeloe menjadi bagian jejak pergerakan di bangsa ini.
“Kami jadikan sebagai tempat yang bisa kembali menorehkan sejarah bagi pergerakan, dan saya harap bisa menjadi inspirasi bagi mas Kaesang Pangarep, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia, untuk bisa masuk parlemen di tahun 2024,” ujar Khairil, dengan bangga menandaskan peran penting lokasi ini dalam merajut sejarah politik.
Pengacara yang kini sering dimintai komentar sebagai pengamat sosial ini mengajak generasi milenial atau generasi muda untuk menjadi generasi politisi yang memiliki kekuatan untuk membentuk kebijakan progresif.
Mereka diharapkan bisa menjawab tantangan zaman dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan makmur menuju cita-cita Indonesia emas 2045.
Sebagai penutup, Khairil menyampaikan salam dari tokoh muda Tempo Doeloe, mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengukir sejarah baru, menatap masa depan yang lebih cerah, dan menjadikan rumah bersejarah ini sebagai saksi bisu perubahan positif bagi negeri ini.