Di Indonesia setiap orang berisiko terinfeksi demam berdarah dengue (DBD) tanpa memandang dimana mereka tinggal, usia, dan gaya hidup. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, dari awal tahun sampai dengan minggu ke-20 tahun 2023 telah tercatat 33.027 kasus demam berdarah dengan 258 kematian.
Jakarta, – Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, dari awal tahun sampai dengan minggu ke-20 tahun 2023 telah tercatat 33,027 kasus demam berdarah dengan 258 kematian.
Dengan demikian, kasus demam berdarah masih menjadi ancaman nyata bagi masyarakat Indonesia di sepanjang tahun.
Takeda dalam komitmennya untuk mendukung program Pemerintah guna menurunkan angka kematian akibat demam berdarah, bersama dengan para pemangku kepentingan terkait mengajak masyarakat untuk melengkapi perlindungan keluarga dan bersama melawan demam berdarah dengan #Ayo3MplusVaksin.
Andreas Gutknecht selaku General Manager Takeda, Indonesia mengatakan “Takeda memiliki harapan besar bahwa dengan akses terhadap vaksinasi demam berdarah dapat membantu keluarga Indonesia untuk mendapatkan perlindungan yang komprehensif sehingga kita bersama dapat mencapai tujuan Indonesia yakni nol kematian akibat demam berdarah pada tahun 2030.”
Selain Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus, terbaru Kementerian Kesehatan RI
memanfaatkan teknologi Wolbachia.
Wolbachia merupakan bakteri yang dapat tumbuh alami pada serangga terutama nyamuk, kecuali nyamuk aedes aegypti. Bakteri ini bisa melumpuhkan virus dengue, jadi bila ada nyamuk aedes aegypti menghisap darah.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, dr. Siti Nadia Tarmizi mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh Takeda dalam membantu memerangi demam berdarah di Indonesia.
”Kerjasama dengan dukungan mitra antara pemerintah dan Takeda yang kuat akan
membantu mempercepat tercapainya target eliminasi demam berdarah di Indonesia”
ungkapnya.
Saat ini sudah ada vaksin untuk DBD yang dapat menjadi pilihan untuk perlindungan dari DBD, dan vaksin ini bisa diberikan dari usia anak sampai dewasa. Walau belum menjadi program tetapi ini sudah menjadi imunisasi pilihan yang direkomendasikan. Kata dr. Nadia di Raffles Hotel Ciputra Jakarta, Rabu (31/05).
Di negara atau wilayah dengan penularan demam berdarah yang tinggi, anak-anak cenderung paling banyak terkena dampaknya. Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2019, demam berdarah merupakan salah satu penyebab kematian anak tertinggi di Indonesia.
Dr. Anggraini Alam, SpA(K), Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI mengatakan “Mengingat bahwa tidak ada pengobatan yang spesifik untuk demam berdarah, maka kita tidak boleh menyepelekan gejala demam berdarah yang dapat timbul gejala yang lebih serius. Gejala-gejala demam berdarah bisa berupa sakit kepala disertai demam tinggi dan nyeri pada otot, tulang, dan sendi.”
Demam berdarah merupakan salah satu kasus penyakit yang dapat dicegah melalui
pemberian imunisasi (PD3I). “Vaksinasi demam berdarah untuk mencegah infeksi demam berdarah dapat mengurangi risiko seorang anak terkena infeksi demam berdarah yang berat.
Infeksi demam berdarah yang berat memiliki dampak bisa terjadinya kebocoran plasma darah atau anak mengalami syok.
Kondisi itulah yang dapat menyebabkan kematian pada beberapa kasus demam berdarah. Dengan adanya vaksin yang dapat diberikan tanpa melihat pengalaman demam berdarah sebelumnya, diharapkan akan lebih banyak anak yang dapat terlindungi dari demam berdarah” ungkapnya.
“Vaksinasi juga dapat menurunkan tingkat rawat inap karena demam berdarah. Hal ini akan mengurangi beban biaya rawat yang signifikan dan juga kehilangan waktu kerja dan sekolah karena rawat inap demam berdarah” tambah dr. Anggraini.
Vaksinasi demam berdarah saat ini telah mendapat rekomendasi untuk anak dan dewasa oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).
Saat ini vaksinasi demam berdarah dapat diberikan pada setiap orang dengan rentan umur 6-45 tahun dengan anjuran dari dokter.
Lebih lanjut, orang tua memiliki peran yang penting dalam meminimalisir jumlah kasus
demam berdarah. Mereka diharapkan bisa waspada dan melakukan antisipasi dengan cepat saat terjadi lonjakan kasus demam berdarah di lingkungan rumah, sekolah, tempat penitipan anak, maupun tempat bermain anak.
“Saat Mars, anak kedua kami, terdiagnosis demam berdarah, rasanya benar-benar seperti mimpi buruk. Setelah sembuh pun tidak serta merta menghilangkan kekhawatiran kami karena kemungkinan terjangkit kembali masih ada.
Kami pun menjadi lebih waspada terhadap bahaya demam berdarah. Tapi dengan adanya perlindungan dari demam berdarah yang komprehensif dengan #Ayo3MPlusVaksin, kami merasa lebih tenang karena bisa memberikan perlindungan lebih dan mengurangi kemungkinan terjangkit demam berdarah berat sehingga harus menjalani rawat inap di rumah sakit,” ungkap Ringgo Agus Rahman, Aktor dan Pembawa Acara.
Kementerian Kesehatan RI menargetkan angka kasus demam berdarah yaitu kurang dari 10 per 100.000 penduduk pada 2024, dan akan 0 kasus kematian pada tahun 2030.
Terkait dengan hal tersebut, Takeda juga telah meluncurkan website www.cegahdbd.com, sosial media @cegahdbd.id (Instagram), Cegah Demam Berdarah (facebook), dan Youtube
CegahDBD, serta kampanye #Ayo3MplusVaksin dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya demam berdarah dan perlindungan yang komprehensif terhadap demam berdarah.