EKSEKUTIF.ID- Perhatian pemerintah terhadap kaum Lanjut Usia (Lansia) akan terus ditingkatkan melalui berbagai bentuk bantuan, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, seperti dukungan penyedian sarana fasilitas di tempat publik yang ramah lansia, bantuan untuk peningkatan kesehatan dan lainnya. Dalam kaitan ini, pemerintah juga terus mendorong revisi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) yang diarahkan untuk memberikan perhatian lebih terhadap para Lansia yang diharapkan bisa selesai tahun 2020.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI, Edi Suharto mewakili Menteri Sosial saat menjadi keynote speaker (pembicara kunci) pada Launching, Seminar & Talk Show yang diselenggarakan oleh Lansia Aktif Peduli Indonesia (LANTIP Indonesia) pada (6/10), Gedung Tribrata Jakarta Selatan.
“Pemerintah juga terus mendorong upaya peningkatan perlindungan dan pemberdayaan, upaya pemenuhan hak-hak Lansia melalui dukungan kebijakan regulasi yang lebih optimal yang bisa mendorong mereka bisa aktif di usianya, sehingga bisa tetap berperan dan memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar,” ungkap Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI, Edi Suharto.
Disebutkan berdasarkan data hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2018 saat ini penduduk lanjut usia di Indonesia mencapai 24,49 juta jiwa. Angka tersebut diprediksi akan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya, sehingga sebagai bangsa yang sedang tergolong berstruktur tua, perlu terus mengambil langkah-langkah antisipatif agar lansia di Indonesia kedepannya menjadi lebih sehat dan produktif agar dapat terus berperan dalam pembangunan bangsa.
Dalam upaya mewujudkan kebijakan yang mendukung lansia agar tetap produktif, mandiri, sejahtera dan bermartabat, Edi Suharto memberikan beberapa arahan. Pertama, Pemerintah Pusat dan Daerah harus menguatkan kepada para keluarga yang memiliki lansia di rumahnya. Kedua, Pemerintah Pusat dan Daerah harus mendorong dan memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi mendukung para lansia, memberi kesempatan kerja sesuai kemampuan, dan menyediakan ruang-ruang publik untuk mengekspresikan diri para lansia.
“Untuk program yang terkait peningkatan kesejahteraan bagi Lanisa, tentu tidak hanya di satu lembaga saja, perlu sinergi dan dukungan bersama, termasuk para Pemerintah Daerah, misalnya dengan memperbanyak adanya program rehabilitasi sosial bagi para Lanisa ini,” ujarnya.
Ditambahkan, Pemerintah Pusat dan Daerah harus memastikan kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, mencakup Puskesmas ramah lansia, fasilitas gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, pasar, terminal bus, stasiun kereta api, dan taman kota yang perlu ditata ulang dengan memerhatikan kebutuhan khusus dan keterbatasan Lansia. Dalam kaitan ini, di era digital seperti sekarang ini, para Lansia juga perlu diberikan akses dan kemudahan terkait pelayanan yang bersifat online, secara mandiri.
“Rasa hormat kepada lansia bukan saja sebagai bagian dari budaya bangsa. Lebih dari itu juga sebagai penghargaan atas pengabdian dan kearifan yang telah mereka berikan kepada keluarga, masyarakat, dan bangsa Indonesia. Karena itu, para lansia membutuhkan dukungan dari keluarga dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Harus diciptakan lingkungan yang ramah terhadap lansia sehingga mereka nyaman menjalani kehidupannya,” tandas Edi Suharto.
Dalam acara Seminar dan Talkshow dengan tema “Kiat Sukses Menjadi Lansia Aktif dan Tetap Berguna Untuk Bangsa dan Negara” ini juga diagendakan launching perkumpulan Lantip yang telah berdiri sejak 22 Maret 2018 oleh Taufiequrachman Ruki, Ketua Lansia Aktif Peduli Indonesia (LANTIP INDONESIA).
“Seperti kita ketahui, seiring meningkatnya indeks pembangunan manusia di Indonesia, saat ini usia harapan hidup di Indonesia juga terus meningkat, rata-rata mencapai 71 tahun. Banyak di antara mereka usia Lansia, tetap bisa produktif, memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Tentu ini harus kita dukung dengan memberikan akses dan fasilitasi yang lebih kondusif lagi,” ungkap Taufiequrachman Ruki.
Hadir beberapa pembicara kunci pada acara ini yaitu Prof. Soebroto (Guru Besar FE UI), Suwondo (tokoh masyarakat peggerak Lingkungan dari Blitar), Titiek Puspa (Tokoh Seniwati Indonesia), dan Franz Magniz Susesno (Guru Besar STF Driyarkara). Hadir pula Darmiyanto 81 tahun (Pelari jarak jauh profesi tukang becak) asal Salatiga yang ikut sharing dan menyemangati para peserta seminar yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. (ACH)