Magelang – Malang: Balada Dua Kota, Dua Deretan Gunung

Sunrise at Silancur Highlands
Panorama pandangan pegunungan.

EKSEKUTIF.com—  Magelang – Malang: Balada Dua Kota, Dua Deretan Gunung

Dari ketinggian 1300 mdpl bukit Gunung Silancur menyuguhkan panorama sunrise eksotis di antara deretan gunung seputar Magelang. Bagi penikmat wisata alam dan hawa dingin, khususnya gunung, cobalah sambangi Bukit Silancur di atas ketinggian 1300 mdpl di Dusun Dadapan, Kaliangkrik, Magelang, Jawa Tengah.

Dari destinasi ini, pengunjung dapat menikmati beberapa pesona gunung yang populer di Jawa Tengah: Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, Ungaran, dan Gunung Sumbing.

Dikenal juga dengan nama Silancur Highland, kawasan ini memiliki luas 3.800m dan dapat menjadi pilihan utama sebelum singgah ke destinasi hits lain di Kab. Magelang, yaitu Nepal Van Java.

Jarwo, Founder Silancur Highland saat bertemu grup Media Trip Atria “The Beauty of Magelang and Malang” berkata, kawasan ini dulu perkebunan sayur yang kemudian menjadi buruan para pemuja sunrise di komunitas fotografi dan selebgram.

“Mereka berburu menikmati sunrise tetapi acap menginjak tanaman. Dari ihwal itu saya punya ide menjadikan ini destinasi wisata sekalian,” ungkap Jarwo.

Oleh Jarwo kawasan ini disulap menjadi destinasi menikmati sunrise yang eksotik. “Kini ada villa, camping ground, mushola, kantin, kamar mandi, galeria pengamatan dan lainnya,” lanjutnya.

Jarwo menjelaskan, bagi traveler yang malas membawa perabot tenda maka pengelola Silancur Highland siap menyewakan semua itu dengan harga Rp20 ribu per orang per malam.

Ada juga villa yang dibanderol Rp500 ribu per malam. Villa ini dapat diisi oleh empat orang. “Saat ini kami memiliki lima villa yang harus booking dulu jikalau berminat. Asal tahu saja apabila weekend villa itu selalu penuh,” lanjutnya.

Untuk tiket masuk ke kawasan ini harganya cukup bersahabat, hanya Rp19 ribu dari Senin ke Sabtu. Hari Minggu lebih murah lagi, Rp15 ribu. Untuk parkir kendaraan baik roda 2 maupun roda empat masih terbilang murah dan tarifnya flat.

Mengintip silaunya pagi hari

Di Silancur Highland ini ada sekitar 15 titik untuk foto, mulai dari taman bunga, jembatan awan, dan masih banyak lainnya. Pun banyak aktivitas lain yang dapat dinikmati seperti trekking, out bound, atau berkebun dengan masyarakat.

Agar optimal disarankan para pengunjung datang pada bulan Juni, Juli, atau Agustus. Itulah bulan-bulan terbaik untuk dapat menikmati keindahan sunrise dari Silancur Highland.

Bekunya Bromo yang Beralas Awan

Hotel Atria Malang, jam 12 tengah malam tampak ramai. Peserta media trip “The Beauty of Magelang and Malang” yang digelar Parador Hotels Group tengah bersiap untuk perjalanan ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Menggunakan satu mini bus, peserta diangkut menuju titik penjemputan yang selanjutnya menggunakan jip. Bergegas peserta memilih jip. Dengan jumlah penumpang empat orang, beriringan lima unit jip menuju lokasi pandang terindah untuk melihat gunung Bromo.

Jalan aspal yang berliku ternyata ramai sekalipun itu tengah malam. Puluhan jip saling susul dan beriringan sesuai dengan rombongannya melaju meniti jalan kecil yang menanjak.

Penumpang terkantuk-kantuk, angin dingin sesekali terasa dari jendela pintu depan jip. Tidak ada obrolan, apalagi musik, semua terbawa suasana jam tidur. “Kalau sedang musim liburan, dari jalur bawah tadi jalan sudah macet, ada ratusan jip yang jalan,” ucap pengemudi jip memecah kesunyian.

Sekitar setengah jam perjalanan, jip-jip berhenti di tepi jalan. Beberapa puluh jip sudah berderet. Tanpa suara berisik, para pengemudi jip itu sudah saling tahu untuk memarkir kendaraannya.

Penumpang turun, jalan menuju gang kecil yang dikiri-kanannya terdapat warung, toilet dan mushola. Kami berkumpul di sebuah warung yang sudah langganan Ciliwung Camp, operator jip wisata yang biasa membawa rombongan tur ke Bromo.

Ini merupakan Bukit Kedaluh yang merupakan salah satu spot terbaik untuk melihat sunrise di kawasan Bromo. Pengunjung lebih kenal bukit ini dengan sebutan Bukit Kingkong.

Nama Bukit Kingkong terjadi karena salah satu sisi tebing di sekitar area bukit yang menonjol menyerupai kepala Kingkong.

Sementara masyarakat Tengger sendiri menyebutnya Bukit Kedaluh, berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya penghargaan akan kesuburan tanah di sekitar Tengger.

Snow in the mountains, a Bromo experience.

Bukit ini lokasinya di bawah dari Bukit Penanjakan. Berada di ketinggian 2.700 mdpl. Akses menuju Bukit Kingkong tidak terlalu menanjak. Berjalan kaki sekitar 200 meter pengunjung sudah sampai di lokasi untuk melihat matahari terbit ke arah Kaldera Tengger dan termasuk Gunung Bromo.

Lokasi ini memiliki fasilitas yang lengkap dan jadi tujuan ratusan orang.

Terasa nyaman karena sudah difasilitasi dengan operator wisata, dimana pengunjung yang datang saat menjelang subuh bisa menikmati kehangatan bakaran arang, segelas kopi, teh, jagung, mie rebus dan pisang goreng, disaat suhu berada di bawah 10 derajat Celcius.

Dingin semakin menggigit, buat pengunjung yang menggigil karena jaket kurang memadai, segera sewa beragam jaket tebal, topi dingin, sarung tangan dan syal, lalu sruput kopinya. Bersama pemandu wisata tidak perlu buru-buru menuju area pandang yang terbuka dengan angin dingin menerpa.

Bila matahari akan terbit, maka pemandu mengajak bergerak, menuju area yang tepat. Di sana ratusan orang berbaris di tepi tebing dan lapangan, menunggu saat cahaya Tuhan menerangi.

Perlahan lampu langit muncul dan di bawah terhampar lautan awan di antara kaldera Gunung Bromo yang mengepulkan asap. Putihnya awan yang bertumpuk-tumpuk di bawah, memastikan pengunjung bahwa mereka memang berada di atas awan.

Pemandu mengarahkan posisi berfoto yang indah. Tidak ada suara rebut, semua terpaku dengan kebesaran Sang Pencipta yang menyajikan pemandangan dahsyat. Deretan gunung tertata rapih di atas lautan pasir yang berpagar dinding-dinding tebing.

Kaldera Bromo Beralaskan Awan

Dengung drone bersliweran merekam keindahan tersebut. Hingga matahari terang, berangsur pengunjung bergerak pindah lokasi. Kali ini dengan jip yang sama menuju area Widodaren yang merupakan area pasir terbuka dengan deretan bukit-bukit.

Panas matahari mulai terasa, namun angin dingin yang menerpa tetap dominan. Di bawah pepohonan yang ada digelar meja dan kursi makan. Siang ini rombongan wisata Parador Hotels Group makan siang secara BBQ. Bakaran daging sapi dan ayam serta kentang kecil dan sayuran cukup mengenyangkan.

Masih di seputar Bromo, tempat berpindah ke area Pasir Berbisik, sebuah padang pasir yang keren buat foto. Lokasi ini pilihan pengunjung berfoto dengen jajaran jip sebelum bergerak menuju Kawah.

Bukan hanya pasir dan bukit, di Bromo terhampar Savana, padang rumput yang luas. Ada penyewaan kuda untuk keliling atau hanya sekadar berfoto di tengah padang rumput savana.

Matahari makin panas, perjalanan berakhir di hukit Teletubis, sebuah bukit hijau dengan rumput rata bak dipangkas mesin. Mirip dengan bukit-bukit rumput di film televisi Teletubis.

Angin dingin tidak lagi mampu menghapus kegerahan. Jip beranjak turun kembali ke Malang. Lelah terkantuk tapi puas menyatu di setiap wajah penumpang jip.

Bromo Breakfast tour de force.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.