Aktivis Anti Narkoba Dukung Kapolda Metro

Jpeg
Dinilai berhasil menjaga Jakarta dengan baik dan ketertiban berjalan maksimal.

EKSEKUTIF.com – Nama Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) akan ditentukan oleh Presiden pada 1 Desember 2020 ini. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Heru Winarko memasuki masa pensiun.

Santer terdengar nama Kapolda Metro Jaya sebagai sosok calon kuat untuk bisa menjadi Kepala BNN yang baru.

Pasalnya, posisi Kepala BNN haruslah sosok calon yang memiliki integritas baik. Sosok yang berpengalaman dalam pencegahan dan pemberantasan narkoba di Indonesia.

“Membersihkan lantai kotor, harus dengan sapu yang bersih,” ujar Asri Hadi, pengamat Kepolisian yang juga merupakan aktivis anti narkoba, sejak jaman Bakolak Inpres 71.

Redaktur Khusus HealthNews.id ini termasuk yang mendukung sosok Irjen Nana, karena track record-nya untuk mengatasi masalah sudah teruji. “Beliau punya hati, untuk memberantas narkoba sampai ke akar-akarnya,” ujar Asri Hadi, yang juga  dosen IPDN dan pengajar di Sesko TNI ini menilai.

.

Aktivis yang juga Bendahara di Asosiasi Media Digital Indonesia (AMDI) ini pun menyebut, figur polisi bersih demikian dirindukan oleh masyarakat.

Khususnya tokoh yang pas jika disebut pra-syarat tokoh itu memimpin BNN, tak sekedar punya integritas, mental yang baik, atau profesional. “Dia juga harus tahu masalah narkotika,” jelas Asri Hadi.

Menjadi  perhatian aktivis anti narkoba,  tatkala pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 26 Maret 1969 itu menjadi Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Metro Jaya sejak 7 Januari 2020.  Ia berkomitmen untuk,  “Jakarta harus zero dari narkotika.”

Mantan  kapolda Daerah NTB itu seakan kesal dengan peredaran narkoba dan bandarnya, dimana negara ini menjadi darurat narkoba.

“Beliau di pangkat AKP pernah menjadi Kasal Intel Polres Jakarta Barat. Punya data dan analisa pemain kotor di bisnis narkoba,” ujar SS Budi Raharjo, ketua aktivis cegah RIDMA Foundation yang anggotanya merupakan para jurnalis senior.

Nana pernah meniti karier di Polda Metro Jaya, yakni sejak berpangkat sebagai AKP hingga AKBP.   Dalam catatan “pinggir”nya, Jojo menilai Irjen Nana Sudjana punya naluri pemimpin dengan kemampuan mengungkap jaringan narkoba. Hal ini dibuktikan dengan kerjasama anak buahnya.

Nana juga pernah menjadi direktur politik Baintelkam Mabes Polri (2018).  Nana pernah pula menjabat Wakapolda Jawa Barat (2016), wakapolda Jambi (2015), dan dirintelkam Polda Jawa Timur (2014), dan analis kebijakan madya bidang ekonomi Baintelkam Polri (2013).

Nana juga menduduki posisi analis utama tingkat I Baintelkam Polri (2012), dirintelkam Polda Jateng (2011), dan pernah pula menjadi kapoltabes Surakarta (2010).

Asri Hadi dan S.S Budi Raharjo, aktivis cegah narkoba dan jurnalis bersama Deputi Pemberantasan BNN Arman Depari. Pria yang namanya jadi kandidat Ka-BNN

Sementara itu, kandidat Kepala BNN yang selama ini disebut calon kuat Kepala BNN adalah Kapolda Bali Irjen Polisi Petrus Reinhard Golose. Polisi yang piawai dibidang reserse, urusan terorisme. Setelah sebelumnya nama Deputi Pemberantasan disebut pantas menjadi  Kepala BNN.

“Pego” kali ini sebagai pemegang rekor Kapolda terlama di Korps Bhayangkara.  Ia menjabat Kapolda selama empat tahun, sejak 11 Maret 2020.

Mantan Deputi Bidang Kerja Sama Internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme setelah sebelumnya sejak Oktober 2010 mengemban amanat sebagai Direktur Penindakan BNPT.

Petrus polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa saat tergabung dalam tim Bareskrim, yang melumpuhkan teroris Dr Azahari dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005.

Ia mendapat penghargaan dari Kapolri saat itu, Jenderal Sutanto bersama dengan para kompatriotnya, Tito Karnavian, Idham Azis, serta Rycko Amelza Dahniel, dkk.

Nana Sujana dinilai Asri Hadi dan Budi Jojo sebagai sosok yang punya kemampuan di atas rata-rata polisi, juga peduli  terhadap bahaya narkoba.

Sosok yang punya kerinduan untuk sama-sama menindak para Bandar narkoba. Hasil operasi targetnya juga 79 persen berhasil. Nana dan Petrus sama-sama lulusan Akpol 1988.

“Ancaman bahaya narkoba terutama di Jakarta sudah sangat memprihatinkan, setara dengan terorisme dan korupsi,” ujar Irjen Nana,  tentang operasi kewilayahanan dengan sebutan Operasi Nila Jaya 2020, program 14 hari.

Dari target operasi yang ditetapkan itu kata Nana sebanyak 44 TO orang dan 1 TO tempat, atau totalnya 45 TO berhasil dibekuk dan diungkap. Sementara 12 TO sisanya, belum berhasil digarap. “Berhasil diungkap sebanyak 44 TO orang dan 1 TO tempat. Ini berarti persentasenya keberhasilan ungkap TO adalah 79 persen,” katanya.

Narkoba dihancurkan di insenerator agar tak disalahgunakan oknum. Alat ini juga aman untuk lingkungan.

Sementara sisanya kata Nana, tentunya akan menjadi pekerjaan rumah pihaknya dan polres jajaran untuk dituntaskan ke depannya.

“Ini karena keterbatasan waktu saja, sehingga ada TO yang belum diungkap. Tentunya ke depan ini akan kita tuntaskan,” kata Nana.

Meski begitu kata Nana, dalam Operasi Nila ini, Polda Metro Jaya dan polres jajaran berhasil membekuk 330 tersangka kasus narkoba berikut barang bukti narkoba berbagai jenis.

Barang bukti yang disita yakni 190 kg sabu, ganja 265 kg, 9300 butir ekstasi, 572 happy five, obat berbahaya 163 butir, tembakau gorila 8,16 kg, dan bubuk ekstasi 18,51 gram. “Ke-330 tersangka ini terbagi dalam 275 laporan polisi atau LP,” kata Nana.

Menurutnya dari 330 tersangka yang dibekuk dalam operasi Nila, terdiri dari 8 orang bandar narkoba, 285 pengedar dan 37 orang pemakai atau pengguna narkoba.

Ditresnarkoba Polda Metro Jaya bersama jajaran berhasil mengungkap kasus sebanyak 275 LP dengan jumlah tersangka 300 orang selama kurun waktu 19 Oktober – 2 November 2020.

“Narkoba akan merusak generasi muda kita sebagai penerus bangsa. Kalau narkoba terus ada maka yang ada adalah kebodohan saja dan ini bisa dimanfaatkan negara lain untuk menguasai Indonesia,” katanya dalam momen pemusnahan barang sitaan narkoba.

Jakarta dan sekitarnya menjadi sasaran atau pasar utama para sindikat narkoba. Permasalahan narkoba ini juga tergolong International Crime.

Pria yang berpengalaman dalam bidang intel mantan Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB) ini dinilai berhasil menjaga Jakarta dengan baik dan ketertiban berjalan maksimal.

Irjen Nana disebut figur polisi bertangan dingin. Kemampuan komunikasinya luwes sehingga bisa menjangkau berbagai kalangan.

Situasi politik dan keamanan yang sangat dinamis, oleh Irjen Nana dikedepankan upaya pencegahan, mengedepankan fungsi intelijen, bina masyarakat dalam mengantisipasi dan mendeteksi setiap permasalahan yang ada. Termasuk kasus begal sepeda dan peristiwa menonjol ibukota, terungkap dengan cepat.

 

 

 

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.