EKSEKUTIF.com — IKON BANGSA Kompleks GBK Akan Dibawa Ke Mana? Adi Kusumo Menjawab
Kompleks Gelora Bung Karno merupakan fasilitas olahraga serbaguna kebanggaan Indonesia yang terletak di Senayan, Jakarta, Indonesia.
Di dalam kompleks olahraga ini terdapat stadion utama, stadion sekunder, lapangan sepakbola, stadion air, stadion tenis, lapangan hoki, bisbol, panahan, dan ruangan untuk gimnasium dengan total 40 venue.
Kawasan fasilitas olahraga ini juga memiliki 84% Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan 67,5% lingkungan hijau dengan pepohonan langka dan rumah bagi sekitar 22 jenis burung liar.
Dibangun pada tahun 1960, pada awalnya GBK ditujukan untuk menjadi tuan rumah bagi perhelatan Pesta Olahraga Asia (Asian Games) 1962.
Renovasi besar-besaran rampung pada tahun 2018 untuk menyambut Asian Games 2018 dan Asian Paragames 2018. Kompleks GBK merupakan kompleks olahraga tertua dan terbesar di Indonesia, juga di Asia Tenggara.
Pada pengembangan kompleks GBK selama ini pihak pengelola, Pusat Pengelola Kompleks Gelora Bung Karno (PPKGBK), telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak guna meraih perkembangan optimal bagi ikon bangsa ini.
Terakhir, saat meninta perjanjian kerjasama dengan ARTOTEL untuk pengelolaan hotel 597 kamar, maka untuk kali pertama terjalin perjanjian KSM (Kerja Sama Manajemen) dengan pihak swasta.
Sebelumnya selama 30 tahun terakhir yang terjadi adalah pola KSO (Kerja Sama Operasi) dengan mitra.
Dalam perkembangannya kawasan GBK Senayan ini telah menjelma menjadi,
– Pusat kegiatan olahraga nasional level internasional,
– Ajang kesehatan dann kebugaran masyarakat megapolitan,
– Areal wisata “Athleisure” lengkap nan terjangkau,
– Sentra pusat belanja lifestyle shopping kelas atas,
– Ajang event kebudayaan, kesenian, dan hiburan mancanegara,
– Kawasan hijau bersahabat dengan alam dan satwa.
Sebagaimana dipaparkan di laman berbahasa Inggris TTI alias Traveltext.id, Gelora Bung Karno (GBK), lapangan olahraga tertua dan terbesar di Indonesia, sering digunakan untuk acara besar, mulai dari pertandingan olahraga hingga konser musik. Salah satu tokoh inspiratif di balik megahnya Gelora Bung Karno adalah Rakhmadi Afif Kusumo.
Rakhmadi, yang akrab disapa Adi, diangkat sebagai Direktur Utama GBK pada 6 Januari 2021. Ia diangkat langsung oleh Menteri Sekretaris Negara.
Saat berbicara di Media Luncheon yang digelar oleh HAM (Himpunan Anak Media Jakarta) bertajuk “Memperkuat GBK sebagai Destinasi Wisata Olahraga dan Hiburan Terdepan di Dunia” di Agni Lounge, ARTOTEL Gelora Senayan Jakarta (18/07), Adi mengakui mempunyai impian besar untuk menjadikan GBK sebagai pusat regional untuk budaya olahraga, hiburan, pendidikan, dan bisnis internasional.
Di tengah pandemi yang melanda Indonesia sejak awal 2020, ia terus berinovasi untuk memberikan layanan terbaik kepada masyarakat.
“Diketahui bahwa selama pandemi pada tahun 2021, Gelora Bung Karno (GBK) berperan dalam upaya pemulihan ekonomi nasional (PEN) dan membuat masyarakat Indonesia lebih sehat.”
“Beberapa hal yang dilakukan GBK antara lain mendukung program pemerintah pusat dengan menjadikan tempat di GBK sebagai Pusat Vaksinasi Nasional,” katanya.
Adi melihat GBK sebagai ikon kebanggaan Indonesia. Oleh karena itu, ia berusaha mewujudkan visi dan misi GBK, khususnya pada tahun 2022. Visi dan misi tersebut adalah menjadi kawasan olahraga multifungsi yang terintegrasi secara modern sehingga dapat konsisten menjadi kebanggaan Indonesia bahkan unggul di dunia.
Dalam keterangannya, GBK terbuka untuk digunakan untuk kegiatan lain, tidak hanya kegiatan olahraga, menanggapi pro dan kontra penggunaan fasilitas olahraga GBK yang kini banyak digunakan untuk kegiatan non-olahraga, termasuk konser.
Sesuai dengan visi dan misi kami untuk menjadi kawasan olahraga yang terdepan, modern, ramah lingkungan, dan terintegrasi.
Sementara itu, misinya adalah memberikan pelayanan prima dengan mengoptimalkan sumber daya Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPKGBK) untuk mendukung kegiatan olahraga dan non-olahraga.
Untuk mengembangkan dan memanfaatkan semua potensi, memelihara dan mengembangkan sarana dan prasarana sebagai objek warisan budaya (national heritage).
“Jika melihat total luas 279,1 hektare dengan total aset kawasan GBK senilai Rp348 triliun, di mana 23,50% (65,60 hektare) digunakan oleh bangunan pemerintah, 23,67% digunakan secara komersial dan 147,43 hektare (52,83%) digunakan untuk kawasan olahraga,” kata Adi.
Dia menambahkan, “Saya sadar sifat kompleks GBK dibangun untuk olahraga. Tapi, di sisi lain, kami pun butuh dana bagi biaya pengelolaan dan pemeliharaan yang besar, yang sumbernya didapatkan dari sewa fasilitas di GBK.”
“Karenanya saya minta masyarakat memahami peran PPKGBK. Sebab PPKGBK tidak lagi menerima anggaran APBN sejak ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum (BLU) penuh di tahun 2008, sehingga semua kebutuhan pengelolaan dan pemeliharaan harus ditanggung oleh PPKGBK sendiri.”
“Perkiraan biaya pemeliharaan kompleks GBK sekitar Rp20 miliar per bulan. Kami menutupi biaya ini dari biaya sewa GBK. Kami tidak memungut biaya sepeser pun untuk kebutuhan pelatihan atlet pelatnas yang direkomendasikan oleh Kemenpora.”
“Pelatihan atlet yang membela merah putih jadi prioritas kami. Acara-acara di GBK ini juga menutup biaya pemeliharaan untuk latihan yang nyaman di GBK,” ujarnya.
Adi menyatakan PPKGBK tetap berkomitmen mempromosikan dan mendukung sepenuhnya pengembangan olahraga bangsa di GBK sebagai Sports Hub (kompleks multi-olahraga) pertama di Indonesia, yang dulu dibangun untuk Asian Games 1962.
Rakhmadi Afif Kusumo percaya bahwa langkah-langkah yang diambil oleh PPKGBK adalah model bisnis yang di akhirnya dapat menguntungkan semua pihak. Lantaran mengelola dan memelihara fasilitas di komplek GBK tak mudah, kebijakan yang Adi terapkan pun tak terhindar.
“Saya dari latar belakang bisnis, dan dalam mengelola bisnis kami senantiasa dituntut untuk mencari solusi win-win,” akunya.
“Mimpi saya itu menempatkan kawasan GBK sebagai komplek olahraga kelas dunia setara: (1) Singapore SportsHub, (2) Tokyo Dome City, (3) Zayed Sports City (Abu Dhabi), (4) SoFi Stadium (Los Angeles), (5) Allegiant Stadium (Las Vegas), (6) The Sphere (Las Vegas), (7) Santiago Bernabeu (Madrid), (8) Wembley Stadium (London), (9) Kai Tak Sports Park (Hong Kong), (10) Olympic Stadium (Berlin),” tegas Adi Kusumo.
Saat ditanya mengenai masalah dengan Hotel Sultan, Rakhmadi mengungkapkan rencana untuk mengimplementasikan Hotel Sultan setelah memenangkan sengketa tanah dengan PT Indobuildco.
Bahwa tanah sengketa seluas Blok 15 kawasan GBK, di mana saat ini berada Hotel Sultan, akan direvitalisasi oleh PPK GBK. Hal ini akan dilakukan untuk kebutuhan acara internasional dan ruang terbuka publik.
“Saat ini kami lagi melakukan revitalisasi kawasan itu, ada berbagai kegiatan internasional. Kami sudah punya draf pertama rencana ini, yang telah kami serahkan ke Kementerian PUPR dan Sekneg. Soal rencana tadi, termasuk peralihan fungsi hotel dan apartemen Sultan, Adi hanya berkata, “Saya tegaskan, ini dilakukan demi kebutuhan masyarakat luas.”
Dia menambahkan, semangat dasarnya adalah bagaimana kita bisa menyediakan ruang terbuka hijau, akses yang lebih baik dan fasilitas pendukung bagi masyarakat di sana. Apakah akan ada hotel jenis apapun, hal ini masih dalam pembahasan dengan Sekneg.
“Kementerian Sekretariat Negara melalui Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPKGBK) akan merevitalisasi kawasan GBK, antara lain melalui kegiatan peningkatan infrastruktur, perencanaan kawasan, penambahan area parkir dan aksesibilitas, penyediaan fasilitas pendukung, dan penataan hutan kota serta ruang terbuka hijau,” tutup Rakhmadi Afif Kusumo.
- BACA JUGA: majalah EKSEKUTIF edisi Juli 2024, Klik ini