Eksekutif.com — Zaman dulu dipakai istilah Dionslag, kata yang berasal bahasa Belanda “di PHK” menurut istilah masa kini.
Tak ada yang lebih mengenaskan dari pada dipecat.
Sebab, Anda bukanlah sedang dialihtugaskan atau dimutasikan, atau apa pun julukan yang lebih sopan dari pada sekedar diberhentikan.
Khusus bagi pegawai swasta, cara penyampaian pemutusan hubungan kerja (PHK) bisa sangat beragam: dari yang paling sumir dan tersamar hingga yang tegas tanpa tedeng aling-aling.
Hindarkan wajah menunduk.
Itu yang pertama, kemudian, jangan Anda bermuka tegang dan berjalan serta melakukan sikap tangan mengepal.
Tak boleh ada perasaan untuk balas dendam.
Sebaiknya, tunda keinginan yang bukan-bukan, yang bisa menggiring Anda ke dalam sel tahanan. Misalnya mengirimkan surat-surat dengan kop kantor kepada klien atau pesaing mereka yang berisikan rahasia kantor.
Salah satu naluri yang timbul biasanya adalah keinginan melakukan balas dendam.
Awas, ini sangat tidak etis. Dan kelak Anda harus mempertanggungkan jawabkannya, tergantung berapa berat upaya balas dendam yang Anda rencanakan.
Jangan juga memaki-maki mereka, bahkan mengirimkan surat palsu ke media cetak dengan mengunakan nama mereka.
Janganlah mengangkut barang-barang milik kantor.
Mengangkut barang-barang milik kantor seakan-akan menjadi hak milik Anda adalah bentuk upaya yang paling sering dilakukan orang.
Hal itu, bisa saja dikatagorikan sebagai pencurian.
Tak perlu juga melakukan negosiasi dengan atasan Anda.
Amarah yang kecewa, serta kehilangan rasa percaya diri adalah reaksi wajar yang timbul suatu hal yang semoga saja tidak menimpa diri Anda alias cenderung kita yang bisa menuntun Anda.
Jangan pula menjelek-jelekkan bekas rekan kerja serta bos Anda, betapapun benarnya pengamatan Anda.
Simpan saja itu sebagai rahasia pribadi Anda. Sebab, siapa tahu, suatu saat Anda masih membutuhkan mereka sebagai mitra kerja.
Lagi pula, orang di tempat baru Anda akan menilai: “Mengapa dia dulu mau bekerja di situ? Apakah dia akan juga menjelek-jelekkan kita nanti?”
Semua serangan negatif yang Anda lancarkan, 100 persen, akan berakibat negatif pula.
Inilah saatnya mempratekkan positive thinking.
Kencangkan ikat pingang, alias resesi.
Anda tak bisa menyalahkan bila kantor tempat Anda bekerja suatu hari mengeluarkan maklumat: “mengingat anjuran pemerintah untuk mengencangkan ikat pinggang…” atau, “Arus resesi global yang melanda dunia kini tampaknya juga melanda kita…”