Calon KSAL Sebaiknya Korps Pelaut dan Pernah Pimpin Kapal Perang

EKSEKUTIF.com — Pengamat Militer: Calon KSAL Sebaiknya Korps Pelaut dan Pernah Pimpin Kapal Perang

Pengamat militer dan pertahanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi berpendapat kenapa kriteria calon Kepala Staf Angkatan Laut harus berasal dari korps pelaut.

Kenapa?

“Karena dia akan melakukan pembinaan kekuatan laut, kemampuan serta terkait dengan operasi laut. Kalau menurut pandangan saya dia harus berasal dari korps pelaut,” tegas Khairul.

Ia menyebutkan sosok jenderal bintang tiga yang layak menjadi Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) harus memenuhi kriteria tertentu. Sebaiknya korps pelaut dan pernah memimpin kapal perang.

“Selama ini lazimnya KSAL diisi oleh perwira tinggi dari Korps Pelaut. Yakni figur yang punya pengalaman memimpin kapal perang dan pernah menjadi pemimpin armada,” ujar Khairul Fahmi dalam paparanya di Media Sosial Tik Tok yang beredar luas.

Hal ini dipaparkan Khairul Fahmi menjawab pertanyaan kriteria seperti apa yang pantas untuk menjadi Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) seiring dengan kosongnya jabatan itu lantaran pencalonan Laksamana Yudo Margono sebagai Panglima TNI.

Namun belakangan ada harapan bahwa perlu ada kesetaraan kesempatan untuk korps-korps lain.

“Memang belakangan ada harapan bahwa perlu ada kesetaraan kesempatan untuk korps-korps yang lain. Tapi menurut saya itu masih sulit untuk direalisasikan,” ujarnya.

Khairul berpendapat kenapa kriteria calon Kepala Staf Angkatan Laut harus berasal dari korps pelaut.

“Karena dia akan melakukan pembinaan kekuatan laut, kemampuan serta terkait dengan operasi laut. Kalau menurut pandangan saya dia harus berasal dari korps pelaut,” tegas Khairul.

Kenapa harus pengalaman pernah memimpin armada?

“Karena dalam memimpin operasi laut itu sebenarnya harus terampil, artinya seorang pemimpin armada. Dia harus mampu mengendalikan operasi dan pemetaan diatas permukaan, dibawah permukaan, di udara termasuk juga kalau kita bicara operasi pendaratan,” paparnya.

Ada empat operasi laut yang dia kendalikan. Pertama diatas permukaan, kedua dibawah permukaan, ketiga di udara dan keempat pasukan.

“Dan kalau bicara kepemimpinan dia bisa melakukan pembinaan kemampuan dan kekuatan TNI AL serta ketrampilan empat hal itu. Jadi kenapa dia harus berlatar belakang pelaut. yakni pernah memimpin armada,” ujar Khairul.

Kenapa Harus dari Korps Pelaut, Apakah Korps lain Tak Punya Peluang?

“Ya hal tersebut belakangan ini banyak jadi pertanyaan. Seperti, kenapa harus dari korps laut, kenapa bukan dari korps lain atau marinir yang merupakan pasukan elit angkatan laut,” kata Khairul.

Khairul pun meluruskan pandangan soal korps pelaut di tubuh Angkatan Laut.

Menurut Khairul, disini karena kita pembahasannya adalah falsafah angkatan laut. Maka yang pantas untuk memimpin angkatan laut adalah prajurit atau perwira tinggi yang pernah atau berasal dari pelaut. Karena pelaut itu berada di armada pemukul. Satuan pemukul.

“Satuan pemukul itu apa? di kapal perang itu ada freegate, ada korvet ada kapal selam atau kapal cepat rudal (KCR), itu satuan pemukul. Nah kalau dia pernah bertugas disini, nah itu sebenarnya satuan kapal elitnya,” paparnya.

Selainjutnya, Khairul berbicara ihwal situasi pertahanan laut di Indonesia yang akan menghadapi banyak tantangan.

“Pertahanan laut kita masih menghadapi tantangan. Antara lain soal keterbatasan dan usia alutsista, potensi gangguan keamanan dan kejahatan transnasional yang harus diatasi sebagai dampak dari luasnya perairan dan banyaknya pulau dalam wilayah kedaulatan.”

“Sebagai pembina kekuatan dan kemampuan, fokus KSAL, ya mestinya berkaitan dengan upaya memelihara dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas, baik dari sisi SDM, sarana-prasarana, maupun dari sisi kesiapsiagaan tempur dari alutsista yang dimiliki,” ujar sang pengamat.

BACA JUGA: majalah MATRA edisi Desember 2022, klik ini

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.