Pengembang Sukses Menyulap Sudut Kumuh DKI Menjadi Wah

Sosok Low Profile Yang Menyulap Sudut Kumuh DKI Menjadi Wah

EKSEKUTIF.com — Pria yang satu ini, identik dengan Pondok Indah Mal 2 dan Pantai Indah Kapuk 2. Yang saat ini, ia dikabarkan hidup kesunyataan mulia, sudah asyik mempraktikan jalan mulia.

Menjauhi kegiatan duniawi, malah sering disebut berada di lingkup kegiatan sosial.

Pandang benar, motivasi benar, ucapan benar, perilaku benar, mata pencaharian benar, upaya benar, kesadaran benar, dan meditasi benar akan tercapai pencerahan dan kebahagiaan.

Namanya melegenda, tapi tak banyak yang tahu sisi-sisi hidupnya.

Ada yang menyebut, kini tokoh yang sudah turun gunung, tak lagi berbisnis, hidupnya lebih kepada membantu sesama dan aktif di kegiatan Yayasan Budha Tsu Chi, yang bangunannya megah di Pantai Indah Kapuk.

Padahal, pria yang ini masuk dalam jajaran konglomerat atau orang terkaya di republik ini, yang hingga kini masih aktif.

Ia menjadi anggota Yayasan di sana sejak Maret 2002 bersama istrinya. Untuk urusan bisnis, dirinya senang dibalik layar saja, karena bisnisnya sudah jalan dengan sistem.

Banyak yang mengenal nama Sugianto Kusuma dari rumors yang ada, baik sisi negatif yang beredar atau hal positif yang minim ekspos. Sosok yang sedang dalam upaya pencapaian kebahagiaan tertinggi .

Sugianto Kusuma adalah nama dari pengembang sukses, yang menyulap sudut-sudut kumuh DKI menjadi wah, kemudian punya nilai jual. Nama beken atau akrabnya ya kerap dipanggil Aguan alias Agwan.

Bos Agung Sedayu ini dikenal sebagai pengusaha besar yang sangat low profile. Jarang mau diliput media massa, padahal karyanya lumayan banyak untuk memajukan ekosistem perekonomian swasta.

Hingga hari ini, walau pun masih aktif berperan dalam bisnisnya, A Guan kini lebih banyak di balik layar.

Hanya sesekali muncul di publik, di momen penting atau saat terjun ke dalam kegiatan kemanusiaan, di antaranya aktif dalam berbagai kegiatan sosial melalui yayasan Budha bernama Tzu Chi sejak tahun 2002 silam.

Yayasan ini merupakan cabang dari organisasi yang dipimpin Master Cheng Yen di Taiwan.

Di sini A Guan banyak menghabiskan waktu untuk membantu dan menolong masyarakat. A Guan juga tercatat sebagai Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Diketahui, Buddha Tzu Chi ikut andil dalam kegiatan sosial membantu korban banjir besar di Jakarta pada 2002 dan bencana tsunami yang memprakporandakan Aceh tahun 2004.

Yayasan Budha Tzu Chi adalah sebuah organisasi nirlaba yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan.

“Kita bisa menyampaikan informasi tentang Tzu Chi kepada mereka yang membutuhkan. Seperti bisa saja keluarga sendiri, tetangga, atau dalam kelurahan yang perlu bantuan seperti sakit, terkena bencana, atau yang lain-lain yang perlu beasiswa. Itu bisa diinformasikan dan datang ke yayasan,” jelas A Guan.

Taipan Raksasa Yang Dijuluki Sembilan Naga?

Istilah sembilan Naga disematkan kepada taipan konglomerat yang menguasai perusahaan-perusahaan besar dan paling berpengaruh di perekonomian Indonesia.

Menurut Globe Asia pada 2006 A Guan menempati posisi 38 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan USD 950 Juta atau setara Rp 130,5 Triliun.

Di kalangan etnis Tionghoa, pria ini tak asing. Tapi, untuk masyarakat umum hanya melihat karya-karyanya saja, bahkan dikenal sebagai ‘guru’ bagi beberapa pengusaha lainnya. Hanya nama besar AG.

Setelah Agung Sedayu membesar, A Guan seperti kebanyakan orang kaya lainnya, menggelontorkan uang dalam kegiatan sosial.

A Guan alias Agwan dan istrinya Lin Liping, disebut Leo Suryadinata telah berkontribusi besar membantu masyarakat miskin di Jakarta.

A Guan terkait dengan Yayasan Budha Tsu Chi, yang bangunannya megah di Pantai Indah Kapuk. Dia anggota di sana sejak Maret 2002 bersama istrinya.

AG dikenal dengan imperium bisnis Artha Graha, disebut-sebut juga punya kaitan dengan Aguan ini.

Konon, kabarnya Aguan bahkan digelari Godfather dan sangat dekat dengan Tommy Winata, bos Grup Artha Graha.

Jejak digital mencatat,  Aguan juga berbesan dengan Eka Tjandranegara, pendiri dan pemilik Gup Mulia.

Sosok Dibalik Sejumlah Bisnis Raksasa

Ia merupakan pemilik perusahaan properti Agung Sedayu Group dengan total kekayaan kurang lebih US$910 juta atau sekitar Rp13 triliun.

Nama Agwan sempat heboh di media, tatkala menghadiahi rumah mewah senilai total Rp7,1 miliar di Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 kepada peraih emas Olimpiade Tokyo 2020.

Juara olimpiade diberi hadiah, yakni Greysia Polii dan Apriyani Rahayu sebagai apresiasi atas keberhasilan mencuri emas di ajang olahraga dunia.

Berdasarkan keterangan resmi dari Agung Sedayu Group pada Jumat, 6 Agustus disebutkan keduanya akan diberikan unit yang berlokasi di Pasir Putih Residences, Villa 5, Jalan Sanur 1, Pantai Indah Kapuk 2 dengan nilai Rp 3,55. miliar masing-masing.

Di sini, masyarakat umum kemudian melirik Sugianto atau akrab disapa Agwan sebagai “sinterklas” untuk orang-orang yang berprestasi di bangsa ini. Nama pendiri Agung Sedayu Group muncul ke publik sebagai citra positif.

Salah satu pengembang properti terbesar di Indonesia yang iklannya kerap menghiasi layar kaca, akhirnya mulai mencari tahu, bagaimana perjuangan pengusaha ini di masa Presiden Soeharto hingga sekarang.

Leo Suryadinata dalam Prominent Indonesian Chinese Biographical Sketches (2015:108) menyebut A Guan yang kelahiran Sumatra 1951 adalah generasi kedua dari keluarga perantauan Tionghoa.

Agwan pernah sekolah di sekolah menengah Tionghoa Jugang Zhongxue di Palembang. Ketika masih belasan tahun sekolah A Guan berantakan dan bandel.

Adi Putera Widjaja dalam 9 Jalan Pengusaha Kisah dan Inspirasi Pengusaha Tangguh Indonesia (2013:156) menyebut pada 1965 dia merantau ke Jakarta.

Mula-mula Agwan menjadi penjaga gudang dan juru bersih sebuah kantor perusahaan impor, sebelum dia dipercaya memegang keuangan di perusahaan itu.

Suatu hari, dia berkenalan dengan seorang pemborong bangunan. Ketika si kawan pemborong ini tak punya uang setelah kalah judi, A Guan memberinya modal untuk membangun ruko dengan sistem bagi hasil.

Perkawanan dengan si kawan itu membuat A Guan belajar bisnis bangunan. Hingga pada 1971 dia akhirnya memulai bisnisnya sendiri pada bidang konstruksi.

Tahun-tahun awal orde baru itu adalah tahun mulai bangkitnya perekonomian dan dunia bisnis Indonesia.

Tahun 1971 itu lalu dianggap sebagai tahun permulaan dari Agung Sedayu Group. Dia memulainya dari proyek yang tidak begitu besar dan sohor.

Legend Tetaplah Menjadi Legend

Sugianto Kusuma sukses mengelola sejumlah proyek bergengsi di tanah air. Mulai dari perumahan, perkantoran dan apartemen, hingga kawasan komersial dan industri, ia berhasil berkembang menjadi pusat ekonomi baru yang mendukung kawasan sekitarnya.

Tidak banyak data yang terungkap tentang profil pria tersebut. Bahkan di website resmi Agung Sedayu tak dicantumkan profil pemilik dan jajarannya.

Kiprah bisnis Aguan tak bisa terlepas dari Agung Sedayu Group (ASG). Kelompok usaha ini secepat kilat menjelma menjadi kekuatan bisnis luar biasa pada tahun 1991.

Aguan membangun Agung Sedayu bersama Salimin dan Anton PT Agung Podomoro. Mereka awalnya membangun hunian di daerah Sunter dan Kelapa Gading.

Saat ini, Agung Sedayu Group adalah salah satu raja properti terbesar Indonesia. Proyek-proyek yang banyak dilakukan Agung Sedayu cukup berjasa dalam meningkatkan kemegahan ibukota Jakarta.

Mereka sukses membangun kawasan Harco Mangga Dua, sebuah mal pusat elektronik terintegrasi perdana yang hadir di Indonesia.

Sejumlah kawasan residensial dan komersial juga dijajaki, di antaranya Taman Palem dan proyek Kelapa Gading Square.

Dalam websitenya, Agung Sedayu Group disebut berdiri sejak 1971. Portofolio pengembangan Agung Sedayu Group tersebar di beberapa daerah prestisius di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Proyeknya antara lain, township, superblok, apartment, office tower, mall, industrial estate, hotel, dan lain sebagainya.

Untuk perkembangan kota Jakarta, Agung Sedayu telah membangun hotel, mall, pergudangan, apartemen dan perumahan yang bukan main banyaknya dalam kurun waktu lima dekade.

Sejarah Agung Sedayu Group, terkait dengan Guo Zaiyuan alias Sugianto Kusuma alias A Guan.

Beberapa yang terkenal antara lain Taman Anggrek Residence, Kelapa Gading Square, Puri Mansion, Ancol Mansion, Grand Galaxy, hingga area pergudangan di Green Sedayu Biz Park.

Pengusaha yang memiliki kegemaran bermain golf ini memulai usahanya di awal tahun 70-an. Saat itu, proyek pertama yang digarapnya adalah membangun hunian dengan konsep ganda, yakni sebagai rumah dan toko atau ruko.

Bak gayung bersambut, Sugianto dan Agung Sedayu Group seolah tak terbendung. Dia terus mendapat perintah untuk mengerjakan fasilitas properti lainnya. Dan bisa ditebak, bisnis yang dijalankan suami Li Ping itu berlanjut hingga saat ini.

Aguan melalui PT Multi Artha Pratama juga mengakuisisi perusahaan pengalengan PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI).

Karir Awal Dimulai Bekerja di Perbankan

Dalam kehidupan profesionalnya, Sugianto tercatat pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris PT Bank Artha Graha Tbk.

Dalam profil perusahaannya disebutkan, Sugianto Kusuma menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama PT. Bank Artha Graha sejak tahun 1990-1999.

Kemudian pada tahun 2004 dia bergabung dan dipercaya untuk memimpin Bank Inter-Pacific Tbk.

Lalu setelah penggabungan PT Bank Inter-Pacific, Tbk. dan PT. Bank Artha Graha Tbk. dipercaya kembali sebagai Wakil Komisaris Utama PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk.

Kisah unik terjadi saat ia menjalani profesinya sebagai bankir.

Saat itu, Bank Inter-Pacific berhasil diakuisisi oleh perusahaan lamanya, yaitu Bank Artha Graha satu tahun lalu. Konon, sosok Sugianto diyakini sebagai sosok kunci dalam mengawinkan dua lembaga jasa keuangan tersebut.

Kini, Sugianto Kusuma diketahui menduduki posisi strategis di PT Jakarta International Hotels & Development Tbk. sebagai komisaris utama.

Lelaki keturunan Tionghoa ini lahir di Palembang pada 1951, tepatnya di kawasan 14 Ilir.

Baik Tomy dan A Guan kemudian sama-sama besar. Baik di era orde baru maupun sesudahnya.

Tomy Winata dan A Guan sudah seperti saudara sedarah dan tergolong kuat dalam bisnis properti. Proyek-proyek Agung Sedayu Group yang terkenal di antaranya di Kelapa Gading, Pantai Indah Kapuk, Senayan, Taman Anggrek dan lainnya. Nama Agung Sedayu Group kemudian menjadi nama besar dalam dunia real estate Indonesia.

Ada sembilan pengembang yang mendapat bagian dalam pembangunan 17 pulau buatan di proyek reklamasi di Teluk Jakarta.

Sembilan pengembang tersebut meliputi PT Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Marunda, PT Pelindo II, PT Manggala Krida Yudha, PT Pembangunan Jaya Anco, PT Kapuk Naga Indah (anak perusahaan Agung Sedayu Group), PT Jaladri Eka Pasti, PT Taman Harapan Indah.

“Agung Sedayu Group miliknya berhasil membangun megamall Harco Mangga Dua di Jakarta. Ia kemudian bekerja sama dengan Tomy Winata dalam membangun mega proyek real estate lainnya,” tulis Leo Suryadinata.

BACA JUGA: majalah EKSEKUTIF edisi Juli 2022, klik ini

 

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.