EKSEKUTIF.com — Mengapa Majalah Cetak Tetap Bertahan di Era Digital
Ada Eksekutif.com atau Matranews.id. Tapi majalah cetak tetap laris. Meskipun tidak sepopuler dulu, majalah cetak ternyata banyak peminatnya dan dibaca petinggi bangsa ini.
Banyak menarik pembaca setia usia 40-an. Yang pusing baca online, katanya.
Kata “Cetak” di Dunia Online
Kata “majalah” berasal dari istilah “warehouse” atau “storehouse.”
Intinya, majalah adalah bentuk publikasi yang mengumpulkan berbagai jenis tulisan untuk pembaca. Setiap bagian mencakup berbagai suara, subjek, dan perspektif.
Budaya majalah cetak tentu saja menurun dibandingkan pada masa kejayaannya di abad ke-20.
Majalah cetak yang dahulu populer telah berpindah sepenuhnya online atau sebagian besar didukung oleh langganan digital yang terus meningkat.
Selain itu, situs media internet, seperti HarianKami.com atau BeritaSenator.com dan Tiras.id atau Suara-Pembaruan.com memenuhi kebutuhan akan tulisan pendek yang mendistraksi.
Ledakan media sosial, harus diakui juga telah “menggerus” pasar periklanan yang selama ini menjadi andalan majalah cetak.
Pembaca biasa kurang bersedia menunggu majalah cetak mingguan atau bulanan tiba di pos atau di kios koran.
Ketersediaan konten digital gratis, atau jauh lebih murah, dapat menghalangi mereka untuk membeli langganan cetak atau terbitan individual.
Beralih dari Layar ke Halaman
Meski demikian, majalah cetak malah diminati kaum brahmana. Orang-orang berpendidikan, yang memang suka baca dan banyak CEO di bangsa ini.
Majalah-majalah yang sudah mapan, seperti Majalah MATRA dan Majalah EKSEKUTIF berhasil mempertahankan pembaca baik untuk versi cetak maupun digital. Bahkan, grup mereka baru saja menerbitkan majalah TIRAS dengan konvergensi Tiras.id.
Hingga bingar surat dari media atau majalah yang tak terbit lagi. Pasar majalah cetak memang tidak berkembang pesat, tetapi mereka tidak menghilang secepat yang diperkirakan.
Beberapa komentator mengaitkan daya tarik abadi majalah cetak dengan pengalaman fisik membaca. Kita menyerap informasi secara berbeda dari halaman dibandingkan layar, mungkin dengan cara yang lebih lambat dan tidak mudah terdistraksi.
“Kelelahan digital” selama pandemi juga sedikit mendorong peralihan kembali ke media cetak. Bangkitnya minat terhadap majalah cetak juga disebabkan oleh preferensi “analog” pembaca Gen Z.
Seperti yang penulis Hope Corrigan catat, ada sesuatu yang menarik tentang estetika majalah cetak. Tata letak, gambar, dan penyalinan yang hati-hati tidak selalu dapat direplikasi di layar.
Majalah yang sangat fokus pada fotografi dan desain visual—seperti majalah fashion dan perjalanan—akan bertahan lama di media cetak. Tapi majalah dengan liputan khusus dan ivestigasi lebih diminati.
Majalah cetak independen yang berkembang lebih berfokus pada penargetan pembaca khusus.
Kemajuan teknologi pencetakan telah membuat pencetakan dalam jumlah kecil menjadi lebih hemat biaya, memungkinkan majalah baru untuk fokus pada kualitas daripada kuantitas.
Majalah cetak gelombang baru cenderung memiliki harga sampul dan standar produksi yang lebih tinggi, serta lebih jarang diterbitkan, dengan jadwal triwulanan atau dua tahunan menjadi lebih umum.
Yang Tua Kini Keren Lagi
Tren ini menjauh dari gagasan bahwa majalah adalah barang murah dan sekali pakai. Sebaliknya, mereka kini dipandang sebagai produk mewah.
Majalah cetak tidak dapat bersaing dengan media digital dalam menyediakan konten terkini kepada khalayak ramai. Namun, mereka berpotensi mempertahankan pembaca yang berdedikasi dengan publikasi yang bermakna dan estetis.
Hal ini memungkinkan majalah cetak terhindar dari gejolak yang dialami situs media yang bergantung pada pendapatan iklan digital.
Majalah cetak mungkin juga mendapatkan kembali minat dari pengiklan. Riset terbaru menunjukkan preferensi yang kuat terhadap iklan cetak di kalangan konsumen.
Pembaca lebih mungkin memperhatikan iklan cetak dan memercayai kontennya, sementara iklan online lebih mungkin diabaikan atau ditutup.
Perpaduan antara ikonoklasme dan otoritas, kebaruan dan kontinuitas, daya jual dan kreativitas, keterlibatan sosial, dan suara pribadi.
Meskipun sirkulasi dan pengaruh majalah cetak mungkin berkurang, mereka tidak mati atau sekarat.
Keberadaan majalah saat ini dapat dilihat sebagai yang tengah bergerak ke tempat yang lebih kecil namun berkelanjutan dalam lanskap media.
Majalah cetak masih memiliki tempat tersendiri bagi para pembaca yang mencari kualitas dan pengalaman yang berbeda dari apa yang ditawarkan oleh media digital.