Deloitte Rilis Laporan Bertajuk “Technology-empowered Digital Trade in Asia Pacific”

 

 Deloitte hari ini merilis laporan “Technology-empowered Digital Trade in Asia Pacific”, yang menyoroti tren terbaru pada perdagangan lintas batas di kawasan ini yang berkembang menjadi semakin terdigitalisasi, semakin ramah lingkungan dan semakin menjamin masa depan yang berkelanjutan, di mana usaha kecil dan mikro memegang peranan penting.

Perdagangan digital diperkirakan semakin meningkat di kawasan Asia Pasifik, dengan dukungan aktivitas e-commerce lintas batas yang dinamis, adopsi gaya hidup digital yang begitu pesat oleh konsumen, pengembangan infrastruktur digital yang terus berlangsung dan penguatan kerja sama regional yang dipimpin oleh Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP.

Berdasarkan hasil survei terhadap bisnis yang terlibat dalam perdagangan lintas batas di kawasan Asia Pasifik, laporan ini memaparkan bahwa perdagangan digital akan semakin mempercepat peningkatan aktivitas e-commerce lintas batas, pengadopsian gaya hidup digital yang sangat cepat oleh konsumen, pengembangan lebih lanjut dari infrastruktur digital dan penguatan kerja sama regional yang dipimpin oleh Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Masa keemasan perdagangan digital di kawasan ini diharapkan akan terjadi dalam tiga tahun mendatang.

“COVID-19, perkembangan teknologi digital, dan peningkatan kerja sama regional mempercepat pembentukan perdagangan digital di kawasan Asia Pasifik. Perdagangan digital hadir dengan peluang pengembangan baru,” ujar Taylor Lam, Vice Chairman dan Technology, Media & Telecommunications Industry Leader di Deloitte China, Selasa  (14/12/2021) .

“Selain itu, RCEP akan mempromosikan kerja sama regional dan memfasilitasi perdagangan digital regional,” jelas Taylor.

“Teknologi digital memungkinkan seller global berpartisipasi dalam perdagangan global tanpa ada hambatan,” kata Gary Wu, Deloitte Global Lead Client Service Partner.

”Perbaikan infrastruktur digital yang berkelanjutan akan secara efektif menyelesaikan dua kendala utama yang memengaruhi perdagangan lintas batas, yakni logistik dan pembayaran. Teknologi blockchain juga menciptakan ruang imajinasi baru untuk perdagangan digital, ” ungkap Gary Wu menambahkan.

Insight Penting di Kawasan 

Perdagangan global memasuki era kecerdasan

  • Seiring dengan makin majunya teknologi digital, pengadopsian teknologi digital dalam perdagangan kini semakin mendalam dan lebih komprehensif, perdagangan global telah memasuki era kecerdasan, di mana faktor data memainkan peran penting.
  • Infrastruktur penting seperti 5G akan menunjang pengembangan platform distribusi data dan arsitektur jaringan yang baru, dan memfasilitasi Internet of Everything (IoE). Sementara itu, akumulasi dari big data, yang dipadukan dengan kecerdasan buatan, akan memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan yang cerdas.
  • Secara keseluruhan, perdagangan global dewasa ini sedang mengalami pertumbuhan yang agresif dari digitalisasi menuju tahap kecerdasan, di mana “perdagangan digital” adalah perkembangan terkininya.

 

Perkembangan dan kematangan perdagangan digital di Asia Pasifik

  • Pengembangan dan kematangan perdagangan digital di negara dengan perekonomian besar di kawasan ini dinilai dari dua dimensi, e-commerce lintas batas (60%) dan digitalisasi (40%). Berdasarkan evaluasi ini, market-market di Asia Pasifik bisa dibagi menjadi:
    • Mature market: China, Korea Selatan, Singapura dan Jepang;
    • Developing market: Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam dan Filipina;
    • Early-stage market: Myanmar, Kamboja, Laos, dan Brunei Darussalam.
  • Indonesia memiliki e-commerce berskala besar dengan potensi luar biasa dalam e-commerce lintas batas. Total besaran market e-commerce di Indonesia mencapai US$43,351 miliar pada tahun 2021 dibandingkan market e-commerce di China, atau tepat di belakang Korea Selatan yang merupakan negara terbesar ketiga di RCEP. Sementara itu, proporsi skala konsumsi e-commerce lintas batas di Indonesia mencapai US$17,34 miliar, yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ‘Developing markets’ lain dan berada tepat di belakang China, salah satu ‘Mature markets’ di antara negara-negara RCEP.

Bonus demografi, tingkat penetrasi internet, dan kebiasaan konsumen menciptakan potensi besar untuk mengembangkan e-commerce serta e-commerce lintas batas di Indonesia. E-commerce sosial juga berkembang pesat, dan konsumen gemar berdagang di media sosial.

Konsumen Indonesia suka membeli produk yang terjangkau, dan rata-rata transaksinya adalah US$36, jauh lebih rendah dari Malaysia (US$54) dan Singapura (US$91). Pengguna juga lebih memilih platform e-commerce dalam bahasa lokal, yang sangat mempengaruhi pengalaman berbelanja mereka.

 

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.