Evolusi Data Center :  Data Center Indonesia Diperkirakan akan Menjadi Pintu Gerbang bagi Pasar Data Center di Asia Tenggara

 

 

 

 

Organisasi-organisasi modern memprocess berjuta-juta informasi setiap harinya, dimana dokumentasi tradisional dengan metode kertas dan pensil untuk menangani data menjadi semakin mustahil. Hal inilah yang membuat data center menjadi sangat berperan.

Data center adalah fasilitas dimana komputasi dan perangkat jaringan terpusat untuk untuk mengumpulkan, menyimpan, mengakses, mendistribusikan dan menangani data dalam jumlah yang besar.

Fasilitas ini telah mengalami peningkatan teknologi yang signifikan sejak dimulainya setengah abad yang lalu dan saat ini dianggap sebagai pusat pemrosesan data dalam masyarakat berbasis data.

Data center Tradisional

Data center awalnya berasal dari kelahiran komputer. Nyatanya, komputer pertama dunia adalah ENIAC (Electronic Numerical Integrator and Computer), dibangun pada 1964 dengan tujuan untuk menyimpan kode data pertahanan dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat.

Beberapa dekade kemudian, ketika publik mulai memperoleh pengalaman langsungnya dalam menggunakan komputer ini muncul komputer pribadi pada tahun 1970-an dan 1980-an, demikian pula server pertama mulai muncul untuk menangani permintaan yang meningkat untuk pemrosesan data.

Seiring berjalannya waktu, pemrosesan data mengambil jalur evolusi lain. Baru pada tahun 2000 – hanya satu tahun setelah diperkenalkannya internet nirkabel – istilah “cloud data center” (CDC) digunakan untuk pertama kalinya.

Data center tidak lagi terikat ke lokasi fisik yang dapat diakses milik pemilik data center. Dengan CDC, perusahaan cloud menjalankan dan mengelola perangkat keras pemrosesan data yang sebenarnya. Kehadiran CDC memang berkontribusi pada evolusi teknologi informasi global. Apa yang kemudian dilakukan klien hanyalah mengelola data menggunakan perangkat lunak yang berjalan di server cloud.

CDC juga membantu menciptakan landasan untuk lingkungan yang lebih fleksibel sehingga dapat didesain ulang dan direstrukturisasi tanpa memerlukan pembangunan kembali infrastruktur, hal ini tidak seperti pada data center yang terikat infrastruktur fisik tradisional. 

Data center saat ini

Dari Dumb Terminal yang terhubung ke mainframe di tahun 1970-an hingga komputer pribadi di tahun 1980-an, ke klien dan server di tahun 1990-an, dan ke desktop, server, dan telepon yang semuanya terhubung ke internet di tahun 2000-an – semuanya telah mengalami proses yang panjang dalam hal pemrosesan data.

Dalam lima tahun terakhir saja, pemrosesan data telah berkembang pesat sehingga lalu lintas Data Center telah meningkat lebih dari tiga kali lipat dari 4,7 zettabyte per tahun pada tahun 2015 menjadi 15,3 zettabyte per tahun pada tahun 2020, dengan adanya akun cloud membentuk 92 persen lalu lintas di tahun 2020, naik dari 82 persen pada 2015.

Indonesia sendiri saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang luar biasa dalam pasar pembangunan data center.

Sebagai contohnya, Amazon1, membangun sebuah data center untuk layanan komputasi cloud dari Amazon Web Services (AWS) di Indonesia di tahun 2021 dengan nilai sebesar USD 2,5 milyar.  Sementara, Alibaba Cloud2 akan bangun data center ketiganya dan pusat scrubbing data pertama di Indonesia di 2021.  Pemerintah Indonesia juga berencana akan membangun data center di beberapa tempat seperti Bekasi, Batam dan Manado.

Tier dalam data center

Setiap organisasi yang tertarik menggunakan data center sebaiknya mengetahui tingkatan yang membedakannya. Setiap tingkatan memberi tahu klien potensial, apa yang dapat mereka harapkan dari kemampuan dan tingkat layanan pusat data.

Mengetahui jenis data center modern apa yang harus dipilih oleh bisnis atau organisasi sangatlah penting untuk mendapatkan hasil maksimal dari usaha mereka dan menyelaraskan investasi infrastruktur dengan tujuan bisnis. Bisnis yang berbeda membutuhkan tipe data center yang berbeda.

Kebanyakan organisasi pada umumnya menggunakan di antara tiga tingkatan pertama. Pusat data Tingkat I, misalnya, adalah pilihan paling terjangkau untuk bisnis kecil. Mereka berada di tingkat terendah karena tingkat redundancy dan waktu downtime yang mereka miliki. Data center seperti ini adalah yang paling sederhana dalam hal infrastruktur, dan memiliki satu jalur untuk daya listrik dan pendinginan serta beberapa komponen cadangan. Uptime tahunan yang diharapkan adalah 99,671 persen.

Data center tier II mirip dengan Data Center Tier I di mana memiliki jalur tunggal untuk daya listrik dan pendingan tetapi dengan beberapa komponen redundant dan backup yang dimilikinya. Uptime tahunan yang diharapkan mencapai 99,671 persen.

Data center tier III, biasanya Dibutuhkan oleh perusahaan besar, memiliki banyak jalur untuk daya listrik, pendinginan, serta sistem untuk memastikan agar tetap online lebih lama. Hasilnya, diharapkan mencapai uptime 99,982 persen.

Salah satu contoh data center Tier III yang akan segera dibuka di tanah Indonesia, adalah SpaceDC, sebuah partner data center visioner yang berkantor pusat di Singapura terkenal dengan data center-nya.

SpaceDC memiliki pengalaman lebih dari 60 tahun dalam merancang, membangun, dan mengoperasikan fasilitas-fasilitas data center di seluruh dunia. Di antara pencapaiannya baru-baru ini adalah dengan membawa revolusi data center generasi berikutnya ke Indonesia melalui data center JAK2.

Pintu Gerbang ke Pasar Data Center Asia Tenggara yang Lebih Besar

JAK2 yang berlokasi di Kalideres, Jakarta Barat, adalah sebuah fasilitas tier III dengan 1.45MW, baru saja di akreditasi oleh Uptime, akan melakukan peluncurannya secara virtual pada 4 November mendatang,  Data center ini memiliki sebuah desain dan infrastruktur yang inovatif di mana memungkinkan mendapatkan power usage effectiveness (PUE) yang luar biasa.

Fasilitas ini memiliki PUE 1,3, di mana hal ini dapat mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu, mengurangi beban lingkungan dan memastikan 99,982 persen waktu aktif untuk penggunanya dengan gangguan yang minimum.

JAK2 adalah salah satu dari sedikit data center yang ada, yang memasang unit Selective Catalytic Reduction (SCR) untuk menurunkan emisi karbon yang dihasilkan oleh pembangkit listriknya.

Data center ini memiliki desain yang ramah lingkungan dan sepenuhnya sejalan dengan upaya Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca global, khususnya yang diatur dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No P.15 / MENLHK / SETJEN / KUM.1 / 4 / 2019.

Fasilitas ini menggabungkan keahlian global yang dimiliki SpaceDC  dengan ahli-ahli dari dalam negeri, sehingga dapat membawa revolusi data center generasi berikutnya ke pasar Indonesia.

Desain ini merupakan bagian dari keinginan perusahaan untuk menyediakan tempat kerja yang lebih aman bagi karyawannya, dan memiliki dunia yang lebih bersih bagi Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menetapkan tolok ukur industri bagi bisnis dan keberlanjutan lingkungan hidup.

 

 

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pasang Iklan? Chat Sekarang